Dalam rapat tersebut, pria yang akrab dipanggil CT ini memaparkan kepada para menteri ekonomi maksud dari surat edaran (SE) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pembuatan kebijakan strategis. Ia menegaskan SE tersebut tidak berarti melarang menteri sepenuhnya membuat kebijakan.
"Saya mengklarifikasi, bahwa setelah saya berbicara dengan presiden, bahwa kebijakan yang memang harus dilakukan harus dilakukan, bukan berarti kebijakan yang harus dilakukan ditunda, kebijakan yang harus dilakukan ya dilakukan. Tetapi yang punya efek strategis harus dikonsultasikan dengan presiden. Bukan berarti menjadi tidak ada kebijakan," ungkap CT di kantornya, Lapangan Banteng, Jakarta, Senin (19/5/2014).
Menurut CT, para menteri ekonomi dalam beberapa waktu terakhir terlihat kurang bergairah dalam membuat kebijakan. Karena ada kekhawatiran kebijakan yang dibuat menimbulkan dampak yang dapat mengguncang kestabilan, baik dari sisi ekonomi, politik, ataupun sosial.
"Dengan rapat tadi itu para menteri terlihat bergairah lagi dalam membuat kebijakan," ungkapnya.
Kondisi ini menurut CT akan sangat membantu kondisi perekonomian Indonesia dalam masa waktu pemerintahan yang tinggal beberapa bulan ini.
"Nah, dengan demkian para menteri menjadi jelas sampai masih akhir pengabdian, yaitu 20 Oktober 2014. Tentu banyak hal yang disampaikan, yaitu harapan masalah, dan sebagainya dan filosofisnya kita sepakat dalam 5 bulan ini yang bisa kita selesaikan akan kita selesaikan, apa yang bisa dipercepat ya dipercepat," terangnya.
Para menteri pun mengaku berkomitmen untuk bekerja keras mencapai hasil yang lebih baik, dan menciptakan fondasi ekonomi yang kuat untuk pemerintahan ke depan.
"Filosofisnya saya mengajak seluruh para menteri dan wakil menteri untuk bekerja keras bersama-sama dalam 5 bulan ini," tegas CT.
(mkl/dnl)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
