Cabai awet sementara diimpor sebanyak 430 ton atau senilai US$ 509 ribu. Jauh lebih tinggi dibandingkan Februari yang 'hanya' 213 ton atau US$ 211 ribu.
Secara akumulasi (Januari - Maret), impor cabai awet sementara mencapai 1.206 ton atau US$ 1,3 juta.
Negara asal impor cabai memang tidak terlalu banyak. Paling besar Thailand 280 ton atau US$ 257 ribu, Tiongkok 26,8 ton atau US$ 33 ribu, dan Malaysia 123 ton atau US$ 218 ribu.
Demikianlah data laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip detikFinance, Senin (5/5/2014).
Sementara untuk cabai kering tumbuk, impornya pada Maret mencapai 2.169 ton atau US$ 2,5 juta. Secara volume naik 592 ton dari Februari yang sebesar 1.577 ton atau US$ 1,9 juta.
Akumulasi impor dalam tiga bulan adalah 4.896 ton atau US$ 6,03 juta.
Cabai kering tumbuk paling banyak didatangkan dari India, yaitu 1.726 ton atau US$ 2 juta. Disusul Tiongkok 342 ton atau US$ 345 ribu, Thailand 4,3 ton atau US$ 36 ribu, Korea Selatan 38 ton atau US$ 47 ribu, Malaysia 36 ton atau US$ 26 ribu, dan negara-negara lainnya 21 ton atau US$ 32 ribu.
Sebelumnya, Kepala BPS Suryamin menyebutkan bahwa impor bahan pangan sedikit banyak berkontribusi untuk meredam inflasi. Impor menyebabkan pasokan mencukupi sehingga terjadi deflasi sebesar 0,02% pada April.
(mkl/hds)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
