Tanpa 2 Hal Ini, Industri Ponsel Sulit Berkembang di RI

Jakarta -Industri telepon seluler (ponsel) di dalam negeri masih sangat kecil dibandingkan dengan kebutuhan konsumen. Impor pun menjadi pilihan untuk mencukupi kebutuhan tersebut.

Direktur PT Tata Sarana Mandiri (TSM) Sam Ali mengatakan, industri ini sangat bergantung pada 2 hal untuk berkembang. Pertama adalah dukungan dari pemerintah agar harga produk lebih kompetitif.


Caranya bisa dengan pemberian berbagai insentif untuk perusahaan lokal, seperti pajak dan bea masuk. Sam mengakui saat ini biaya yang dikeluarkan perusahaan masih besar sehingga tidak bisa menetapkan harga yang kompetitif.


"Kalau misalnya harga yang diproduksi di dalam negeri harganya sama dengan impor, kan nggak kompetitif. Tentunya investasi jadi tidak menguntungkan," tegas Sam di sela-sela peluncuran smartphone 4G Ivo di Batam, seperti dikutip detikFinance, Senin (7/7/2014).


Faktor kedua, lanjut Sam, adalah animo masyarakat untuk mencintai produk dalam negeri. Dia mengatakan, paradigma masyarakat akan produk lokal berkualitas rendah masih ada.


"Jadi kan bagaimana animo masyarakat soal produk dalam negeri. Kan paradigmanya kualitas lebih rendah, tapi harganya sama. Jadi dengan tidak ada demand, maka supply-nya sedikit," jelasnya.


(mkl/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!