Produsen Gula BUMN Tak Berdaya, Digempur Gula Rafinasi Impor

Jakarta -Pabrik gula pelat merah dan petani tebu selama tahun 2013 dan 2014 sangat terpukul dengan serbuan gula rafinasi atau gula kristal putih impor. Gula rafinasi yang seharusnya diperuntukan untuk industri ternyata merembes atau bocor ke pasar retail.

Akibatnya harga gula tebu lokal menjadi terpukul padahal biaya produksi relatif tinggi. Hal ini disampaikan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan usai rapat akhir pekan tentang Tol Trans Sumatera di Kementerian BUMN, Jakarta, Sabtu (12/7/2014).


Serbuan gula rafinasi impor membuat Dahlan harus turun tangan. Ia telah menyampaikan kondisi yang menimpa teman-teman petani tebu dan pabrik gula BUMN kepada Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi. Mendag merupakan salah satu regulator produk ekspor dan impor.


"Saya minta atas persetujuan dan permintaan Mendag juga bahwa gula dari pabrik BUMN supaya nggak dilepas ke pasar sampai harga ini baik," jelasnya.


Mendag juga berencana mengeluarkan strategi mengatasi luberan gula refinasi. Namun Dahlan belum mau menyebut strategi Mendag di dalam menghentikan praktik nakal tersebut.


"Pak Mendag sampaikan ke saya, sudah temukan cara untuk kendalikan gula rafinasi dan saya percaya Mendag nggak main-main," jelasnya.


Pada kesempatan tersebut, Dahlan juga meminta agar izin impor gula tebu dan gula rafinasi diberikan kepada pabrik gula seperti kepada puluhan pabrik milik BUMN. Selama ini, impor justru diberikan kepada non pabrik gula.


"Supaya yang mengabdi dapat insetif. Jangan yang mengabdi terus tapi yang dapat insetif terus malah yang nggak punya pabrik," ujarnya.


(feb/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!