Dua Capres Klaim Menang Pilpres, Pasar Keuangan Bisa Stagnan

Jakarta -Rakyat Indonesia telah melaksanakan pemilihan presiden (pilpres) pada 9 Juli 2014. Sejumlah lembaga survei pun telah merilis hasil hitung cepat (quick count) peroleh suara pasangan nomor urut 1, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, maupun nomor urut 2, Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Hasil quick count yang dirilis ternyata bervariasi. Sejumlah lembaga survei seperi Puskaptis, LSN, JSI, dan IRC memenangkan pasangan Prabowo-Hatta. Sementara Litbang Kompas, RRI, SMRC, CSIS-Cyrus, Pol Tracking, LSI, Indikator Politik menetapkan Jokowi-JK sebagai pemenang pilpres.


Mengingat hasil resmi pilpres baru akan diumumkan pada 22 Juli 2014, quick count akan menjadi acuan bagi para pelaku pasar. Hasil ini akan menjadi salah satu faktor penggerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah.


Menurut Enny Sri Hartati, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), baik IHSG atau nilai tukar rupiah akan menguat hari ini. "Hasil pilpres ini membawa harapan perubahan. Ini akan menjadi sentimen positif," katanya kepada detikFinance seperti dikutip Kamis (10/7/2014).


Namun, Enny menggarisbawahi bahwa hasil quick count menunjukkan selisih yang tipis. Belum lagi harus diperhatikan adanya margin error dari setiap survei.


"Margin-nya tipis, sekitar 3-5%. Oleh karena itu, saya memperkirakan pelaku pasar masing cenderung wait and see," tutur Enny.


Enny tidak menyebutkan besaran tertentu, tetapi dia memperkirakan penguatan IHSG dan rupiah hanya terjadi secara terbatas. "Penguatannya belum optimal seperti yang diharapkan," ujarnya.


Hasil quick count dengan selisih yang tipis dan bervariasi, menurut Enny, jadi terlalu dini bagi pelaku pasar untuk bereaksi. "Justru dikhawatirkan nanti hasilnya berbeda dengan yang diharapkan. Ini tentu menimbulkan kekecewaan," tuturnya.


(hds/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!