Tuna Jadi Incaran Para Maling Ikan di Laut Indonesia

Jakarta -Ikan tuna menjadi incaran utama para maling ikan di laut Indonesia. Ikan ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di pasar global.

Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Syahrin Abdurrahman mengungkapkan perhitungan yang dilakukan organisasi pangan dunia atau Food Agricultural Organization (FAO) selama ini hanya bertumpu pada kelompok ikan tuna karena bernilai ekonomis tinggi.


"Jadi saya lihat ini dihitung TTC atau Tuna Tongkol Cakalang. Padahal ikan jenis yang lain ada. Jadi sangat global sekali FAO menghitung hanya berdasarkan TTC," kata Syahrin saat ditemui di ruang kerjanya, di Gedung Minabahari III, Kantor Pusat KKP, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (8/07/2014).


Data FAO tahun 2001 menyebut akibat pencurian ikan atau Illegal Unreported and Unregulated (IUU) fishing khususnya negara berkembang mengalami kehilangan stock SDI (Sumber Daya Ikan) rata-rata 25%/tahun.


Potensi SDI Indonesia 6,4 juta ton/tahun. Sedangkan harga ikan per ton saat itu sebesar US$ 2 ton. Jadi nilai kehilangan setara dengan lebih dari Rp 30 triliun/tahun.


Sedangkan di tahun 2013 jumlah tersebut mengalami lonjakan signifikan. Setiap tahunnya, diperkirakan Indonesia mengalami kerugian sebesar Rp. 101.040 triliun/tahun akibat pencurian ikan.


Kelompok ikan lain selain kelompok tuna seperti ikan hiu, paus, kembung, bawal bahkan udang laut yang bernilai tinggi tidak secara detil dihitung. Sehingga diperkirakan potensi kehilangan pendapatan negara dari sektor perikanan jauh lebih besar.


"Udang laut harganya mahal itu belum dihitung. Jadi bagaimana ikan lain? ikan sampah saja bisa jadi tepung dan bisa jadi pakan ikan dan pupuk. Mungkin yang dipikirkan yang menjadi primadona karena harganya tinggi," katanya.


(wij/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!