Menteri Rini Heran Pertamina Selalu Gagal Beli Biofuel Milik BUMN

Jakarta -Hasil blusukan Menteri BUMN Rini Soemarno ke salah satu pabrik gula BUMN ke PG Gempolkrep di Mojokerto, Jawa Timur, milik PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) menemukan fakta menarik.

Rini yang datang kemarin, menemukan fakta PTPN X yang sudah berhasil memproduksi biofuel jenis bioethanol justru tak dibeli oleh Pertamina untuk campuran BBM. Padahal PTPN X sudah mampu produksi bioethanol 30.000 ton per tahun, dari mengolah tetes tebu (molases) di pabrik Gempolkrep.


Padahal menurut Rini, Pertamina ditargetkan mencampur 1% produk BBM-nya dengan Bahan Bakar Nabati (BBN) bioetanol. "Jadi ini sudah bagus tapi nggak tahu bagaimana setiap kali mau jual ke Pertamina nggak dibeli-beli sama Pertamina," kata Rini di kantor BUMN, Rabu (3/12/2014)


Mendapat laporan ini, Rini langsung menelepon Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto untuk segera melakukan pembelian. Rini mengungkapkan, selama ini produksi biofuel dari PTPN X justru diekspor ke Filipina, sedangkan Indonesia malah impor bahan bakar minyak (BBM).


Rini mengaku belum tahu penyebab alasan Pertamina selalu gagal membeli bioethanol dari PTPN X. "Nggak kemahalan, buktinya mereka bisa ekspor ke Filipin. Tapi nanti saya akan cek kenapa harganya Rp 9.000 per liter," kata Rini.


Menurut Rini apa yang dilakukan PTPN X sangat positif, selain bisa menopang kinerja perusahaan, juga bisa mendukung ketahanan energi nasional. Namun butuh koordinasi lebih lanjut untuk mensinergikan hal ini.


"Jadi pabriknya sudah menguntungkan. Saya inginkan pabrik ini jadi contoh untuk pabrik lain yang di Jawa Tengah maupun di Jawa Timur yang lain," katanya.


PTPN X melalui anak usahanya, PT Energi Agro Nusantara (Enero) hari ini, Rabu (2/7/2014), melakukan ekspor perdana produk bioetanol ke Filipina. Perusahaan mendapat pesanan awal 4.000 meter kubik bioetanol yang akan diekspor dalam dua tahap pengiriman.


Selain Filipina, PTPN X juga tengah menjajaki kerjasama ekspor dengan negara-negara lain di antaranya Korea Selatan, Taiwan, dan Belanda.


Filipina menjadi salah satu pasar yang prospektif karena negara itu sedang gencar mencanangkan mandatory blending BBM E 10 (kewajiban pencampuran 10% bioetanol dalam bahan bakar kendaraan).


(hen/dnl)