'Pertamax' Impor Diturunkan Jadi 'Premium', Ini Kata Pertamina

Jakarta -Tim Reformasi Tata Kelola Migas yang bertugas memberantas mafia migas menyatakan, Pertamina melalui PT Pertamina Energy Trading Ltd (Petral), melakukan impor BBM RON 92 dan diturunkan menjadi RON 88. Pertamina meluruskan anggapan ini.

"Pertamina katanya mem-blending (mengolah) pertamax (RON 92) jadi premium (RON 88), dari mana?" kilah Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Ali Mundakir saat ditemui di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (6/12/2014).


Ali menjelaskan, beberapa kilang milik Pertamina saat ini banyak yang memproduksi BBM jenis nafta dengan kadar RON 70. Nafta ini yang kemudian dijadikan campuran untuk mengolah HMOC (High Octan Mogas Component) berkadar RON 92. Ali menegaskan, meskipun nilai RON sama-sama 92, tetapi HMOC dan Pertamax merupakan jenis berbeda.


"Kilang Pertamina itu ada yang memproduksi nafta yang RON 70-an, nah ini mau diapakan? Nah ini di-upgrade dengan HMOC yang RON 92 bukan pertamax. (HMOC) Ini bentuk intermediate. Nah RON-nya 92, tetapi ini HMOC diolah dengan nafta sehingga menjadi premium RON 88," paparnya.


Menurut Ali pengolahan antara nafta dan HMOC adalah hasil karya ahli perminyakan Pertamina di dalam negeri. Lewat penjelasan ini, Ali meminta Tim Reformasi Tata Kelola Migas memberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya kepada masyarakat.


"Jadi premium itu hasil optimasi. Pekerja Pertamina itu fresh graduate dan lulusan Indonesia apakah sebodoh itu, tidak dong. Kami optimasi produk-produk kita. Jadi yang benar, nafta di-upgrade menjadi High Octan Mogas Component. Makanya tim reformasi ini perlulah mendalami dunia migas seperti apa," sindir Ali.


Namun Ali tidak menjelaskan secara detil, berapa komposisi campuran nafta dan HOMC dalam satu liter bensin premium. Selain itu, berapa harga nafta dan HOMC juga tidak disebutkan Ali. Bila data tersebut dibuka, maka bisa diketahui berapa sebenarnya harga keekonomian produksi bensin premium RON 88. "Saya tidak bawa datanya," kata Ali.


Sebelumnya di tempat yang sama, Anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas Fahmi Radi mengatakan, Pertamina melakukan pengiolahan produk pertamax impor yang diturunkan menjadi premium. Proses ini dinilai Fahmi justru menambah biaya pokok produksi dari premium.


"Kita bilang RON 92 ke 88 ini akan tambah biaya harga pokok penjualan ke BBM subsidi," tekan Fahmi.


Simak kisah soal pertamax impor yang diturunkan menjadi premium di sini.


(wij/dnl)