RI Bergantung Pakan Ikan Impor, Menteri Susi: Dolar Sebentar Lagi Rp 13.000 Ini Akan Berat

Jakarta -Mayoritas pakan ikan untuk kebutuhan perikanan budidaya di dalam negeri masih harus diimpor. Hal ini membuat Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti khawatir.

"Sektor perikanan budidaya berkembang luar biasa, saya senang. Tetapi saya ingin perikanan budidaya tidak ditunjang oleh pakan ikan impor. Kalau ketergantungan 70% impor ini membahayakan dan rentan sekali," kata Susi saat menjadi pembicara di acara Adibakti Mina Bahari 2014, Gedung Mina Bahari III, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, Kamis (4/12/2014).


Susi menjelaskan bila Indonesia masih bergantung dengan impor pakan ikan, banyak dampak negatifnya. Alasannya untuk mengimpor pakan ikan maka butuh dolar sebagai alat tukar. Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah hingga lebih dari Rp 12.000/US$.


"Dolar sebentar lagi Rp 13.000/US$ jadi ini akan berat," imbuhnya.


Susi menegaskan Indonesia harus mulai mengurangi impor pakan ikan secara bertahap mulai saat ini. Caranya dengan membangun industrialisasi pakan ikan yang cukup banyak di dalam negeri.


Langkah ini dipermudah dengan aturan ketat yang menyangkut illegal fishing seperti moratorium izin kapal dan pelarangan transhipment di tengah laut. Dua kebijakan itu diyakini akan menambah stok ikan lemuru yang menjadi bahan dasar pembuat pakan ikan yang selama ini besar diekspor ilegal keluar negeri.


"Jadi ini PR kita semua. Kalau bisa 0 kita impor komponennya. Kita harus mulai setop pakan ikan dari Thailand dan pakan ikan harus datang dari Banyuwangi. Dengan aturan pengetatan illegal fishing saya yakin ikan lemuru akan kembali lagi, kakap merah 10 ton per hari di Cilacap akan ada lagi. Ini semua harapan kita, saya berjanji akan berusaha untuk on the right track," tegas Susi.


Pada tahun lalu, impor pakan ikan mencapai 60.200 ton dengan nilai US$ 74 juta. Ada 3 negara besar penyuplai tepung ikan impor ke Indonesia yaitu Chile, Vietnam, dan Tiongkok.


(wij/hen)