Pengusaha Kaya RI Sekarang Jarang Punya Bank, Ini Penjelasan Menkeu

Nusa Dua -Pemerintah sepertinya pesimistis, sektor keuangan Indonesia bisa bersaing dalam ajang pasar bebas sektor keuangan ASEAN, di 2020 mendatang.

Kondisi sektor keuangan dalam negeri saat ini dinilai belum kuat menghadapi serbuan asing.


"Saya melihat agak berat untuk kita bersaing di sektor keuangan, kalau dilihat dari kondisi hari ini. Posisi kita di market akan dieksploitasi habis-habisan oleh lembaga keuangan negara-negara tetangga, kalau nggak bisa mengimbangi," ujar Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dalam acara CEO Networking 2014 bertema Opportunities and Challenges Toward ASEAN Economic Community 2015, di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Bali, Sabtu (6/12/2014).


Bambang menjelaskan, bisnis di sektor keuangan adalah bisnis yang membutuhkan modal besar. Sementara perbankan dalam negeri posisi modalnya masih belum begitu tinggi. Ini menjadi salah satu hambatan.


Orang-orang kaya Indonesia saat ini, tidak banyak yang bergelut di bisnis keuangan seperti bank, sementara bank butuh suntikan modal besar untuk berbagai ekspansinya.


"Indonesia nggak punya banyak bank sejak 1998. Tapi 16 tahun setelah krisis kita sudah lihat daftar pengusaha-pengusaha terbesar nasional nggak banyak yang punya bank. Padahal dibandingkan dengan daftar terkaya orang Indonesia tahun 90-an biasanya besar karena bank. Polanya berbeda sama sekali dengan sekarang. Ini yang menjadi pertanyaan saya, kenapa pengusaha Indonesia tampaknya enggan," jelas dia.


Hal tersebut, lanjut Bambang, menjadi pekerjaan rumah bagi berbagai kalangan agar bisa mendorong perbankan Indonesia bisa bersaing di pasar bebas ASEAN.


"Ini harus menjadi pekerjaan rumah, karena kalau kita nggak kuat di sektor keuangan kita pasti akan menjadi pasar. Sektor keuangan adalah landmark ekonomi suatu negara. Ini menjadi pekerjaan rumah bersama, sudah saatnya pengusaha Indonesia untuk berani ambil risiko di industri perbankan," kata Bambang.


(drk/dnl)