Investor Rugi Besar Pegang Saham 'Gocap' Bakrie, Mau Dijual Tak Laku

Jakarta -Beberapa emiten Grup Bakrie ada yang masuk kategori saham 'gocap' alias tidak bergerak di Rp 50 per lembar dalam jangka waktu cukup lama. Tapi kenapa masih banyak orang mau koleksi sahamnya?

Beberapa investor memberi penjelasan kepada detikFinance mengenai alasan masih saham-saham 'gocap' Grup Bakrie masih juga dipegang.


"Saya kecewa ya, Grup Bakrie kecewa semuanya. Kisaran ruginya banyak," kata salah satu investor bernama Nunu Darmawan kepada detikFinance usai paparan publik PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) di Epiwalk, Rasuna Epicentrum, Jakarta, Jumat (5/12/2014).


Kalau rugi kenapa tidak dijual saja? Nunu tidak mau melepas dulu saham-saham emiten Bakrie karena harganya sudah turun jauh di bawah harga saat pembelian dulu.


"Kisaran ruginya banyak, karena saya main (saham) Bakrie dulu mulai Rp 7.000. Awal masuk di 2007, di (saham) BUMI Rp 8.800," ujarnya.


Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) itu kini berada di kisaran Rp 79 per lembar. Nunu juga mengaku masih pegang saham PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) juga yang sekarang harganya tiarap di Rp 50 per lembar.


Selain BTEL, masih ada emiten Bakrie yang sahamnya 'gocap', yaitu PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP), PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR), dan PT Darma Henwa Tbk (DEWA). Lalu kenapa sahamnya betah nongkrong di Rp 50 lembar?


"Ada yang sentimen, enggak transparan ya. Tapi mau gimana lagi, (sahamnya) enggak bisa dijual," ujarnya.


Ia pun mendorong manajemen perusahaan-perusahan Bakrie untuk bekerja dengan lebih baik supaya investor tidak dirugikan.


"Semoga kalian semua yang duduk di Bakrieland berusaha lagi, lebih ditingkatkan usahanya untuk memetik yang baik. Kalau laba dan utangnya bisa cepat selesai kan bisa memberikan dividen," pintanya.


(ang/dnl)