Tekan Impor Pakan, Eceng Gondok Bisa 'Disulap' Jadi Makanan Ikan

Jakarta -Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mendorong Gerakan Pakan Ikan Mandiri (GERPARI) untuk mengembangkan bidang perikanan budidaya. Selama ini 99% kebutuhan pakan ikan harus diimpor dari berbagai negara.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Slamet Soebjakto mengatakan di setiap sentra ikan budidaya memiliki kebutuhan dan kekhasan dalam pemenuhan pakan mandiri. Misalnya di wilayah sekitar Ambarawa dan Boyolali, Jawa Tengah sebagai sentra ikan lele, di sini enceng gondok bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ikan.


“Pemanfaatan enceng gondok ini di samping memenuhi kebutuhan sebagai bahan baku pakan ikan mandiri, tetapi juga membantu dalam menangani masalah enceng gondok di beberapa perairan khusunya di Rawa Pening. Karena enceng gondok sudah dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan dan juga bahan baku kerajinan yang tentu saja meningkatkan pendapatan masyarakat sekitarnya," kata Slamet dalam keterangan tertulisnya, Minggu (18/1/2015)


Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti pernah mengungkapkan 99% kebutuhan tepung untuk pakan ikan di dalam negeri harus diimpor. Penyebabnya karena produksi pakan di dalam negeri masih terbatas, sedangkan permintaan tinggi dari sektor budidaya.


Di tahun 2013 saja impor tepung ikan mencapai 60.200 ton dengan nilai US$ 74 juta. Ada 3 negara besar penyuplai tepung ikan impor ke Indonesia yaitu Chile, Vietnam, dan Tiongkok.


"Melalui GERPARI, kita akan mampu mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku pakan impor, memanfaatkan bahan baku lokal yang ada di sekitar sentra-sentra produksi perikanan budidaya dan harga pakan tidak akan terpengaruh dengan fluktuasi nilai tukar dolar," kata Slamet


GERPARI ini lebih ditekankan kepada pakan ikan untuk komoditas air tawar, seperti Nila, Lele, Patin, Mas dan juga Gurame. Target produksi perikanan budidaya pada 2015 yang mencapai 16,9 juta ton, maka akan dibutuhkan pakan ikan/udang secara nasional sebanyak 9,27 juta ton dan 49% diantaranya adalah kebutuhan pakan ikan komoditas air tawar.


"Mengapa kita utamakan ke pakan? Karena dalam suatu usaha budidaya perikanan, biaya pakan merupakan biaya yang terbesar. Dengan menekan biaya pakan maka keuntungan yang di peroleh pembudidaya akan lebih tinggi dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pembudidaya," katanya.


(drk/hen)