Di tangan ISC, penghematan yang didapat Pertamina sudah terasa. Selama dua bulan, yakni Januari-Februari 2015, unit ini mampu menghemat impor minyak US$ 20 juta atau sekitar Rp 260 miliar.
Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan, banyak efisiensi yang muncul dengan impor BBM dan minyak tanpa melalui Petral.
"Iya itu karena ada efisiensi. Karena tanpa Petral kan berarti langsung negosiasi harganya ke pemilik minyak," kata Dwi, di kantor Kementerian BUMN, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (13/4/2015).
Jadi, ujar Dwi, ada mata rantai perdagangan minyak dan BBM yang dipotong dengan kebijakan impor minyak dan BBM tanpa melalui Petral.
"Selain itu kan kita juga pakai tender terbuka sekarang. Kita perbanyak siapa yang bisa masuk, sehingga kita dapat harga terbagus dari yang ada," papar Dwi.
"Proses pengadaan, transportasi, semua terpusat, sehingga kita bisa menekan losses (kerugian)," imbuh Dwi.
(dnl/hen)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
