Ia mengakui perkembangan BUMN saat ini sudah sangat pesat terutama dalam hal aset dibandingkan pada masa awal berdirinya kementerian BUMN 17 tahun lalu. Tanri menyebutkan total aset BUMN mencapai Rp 4.500 triliun.
"Ini sudah dahsyat, tapi belum optimum," katanya saat memberikan sambutan di acara puncak perayaan HUT ke-17 Kementerian BUMN di Halaman Belakang Kementerian, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (13/4/2015).
Di acara ini, selain Menteri BUMN Rini Soemarno, hadir juga para mantan Menteri BUMN lainnya yaitu Sofyan Djalil, Mustafa Abubakar. Hadir juga para dirut BUMN antara lain Dirut Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin, Dirut Bank BRI Asmawi Syam, Dirut Pertamina Dwi Soetjipto, Dirut Antam Tedy Badrujaman dan masih banyak para direksi BUMN lainnya.
"BUMN harus terbebas dari intervensi politik. Bagaimana soal bisa pertahankan aset BUMN menjadi aset negara," katanya.
Tanri memang tak merinci apa maksud dari pernyataannya ini. Namun belakangan ini terjadi pro kontra soal jabatan komisaris di BUMN. Fenomena seperti ini terjadi di beberapa BUMN yang sudah merombak jajaran komisaris dan direksi. Beberapa mantan anggota parpol maupun pengamat politik diangkat jadi komisaris BUMN.
Selain itu, Tanri sempat meramalkan pada tahun lalu bakal ada para petinggi BUMN yang akan masuk ke kabinet Presiden Jokowi, karena punya kinerja baik. Hal ini sempat disampaikannya kepada Menteri BUMN pada waktu itu Dahlan Iskan.
"Saya bilang ada 5 pengamatan saya yang jadi menteri mungkin ada 3. Ternyata ada 3 betul masuk kementerian," katanya.
Seperti diketahui Direktur Utama PT Telkom Arif Yahya sebagai Menteri Pariwisata, Dirut PT KAI Ignasius Jonan sebagai Menteri Perhubungan, dan, Dirut PT Pindad (Persero) Sudirman Said sebagai Menteri ESDM
Namun Tanri berpesan kepada para petinggi BUMN yang masuk kabinet jangan sampai melakukan kesalahan. "Yang penting kita jangan kepeleset," pesan Tanri.
(hen/hds)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
