Kena Rugi Kurs, Laba XL Axiata Anjlok 52% jadi Rp 316 Miliar

Jakarta - PT XL Axiata Tbk (EXCL) membukukan laba bersih Rp 316 miliar di akhir Maret 2013. Labanya berkurang 52% dari perolehan laba periode yang sama tahun sebelumnya Rp 667 miliar. Salah satu penyebabnya adalah beban rugi kurs.

Emiten berkode EXCL itu mencatat pertumbuhan pendapatan tipis 2% menjadi Rp 5,05 triliun, yang dipicu oleh kenaikan pendapatan layanan Data sebesar 16%.


Menurut Presiden Direktur XL, Hasnul Suhaimi, faktor lain yang menyebabkan jatuhnya laba dan penjualan yang stagnan itu adalah pembangunan infrastruktur BTS untuk menambah kapasitas layanan, yang banyak dilakukan oleh XL selama periode sebelumnya, sehingga penyerapan beban biaya penyewaan tower mulai ditanggung sejak periode kuartal pertama ini


"Kuartal pertama selalu bersifat musiman (seasonal). Sebagaimana tahun–tahun sebelumnya, XL mengawalinya dengan pencapaian yang agak berat, namun kami selalu berhasil di kuartal-kuartal berikutnya," ujar Hasnul dalam siaran pers, Rabu (1/5/2013).


"Hal lainnya adalah adanya beban rugi kurs yang harus ditanggung XL sebesar Rp. 26 milliar, sehingga pada akhirnya laba XL hanya sebesar Rp 316 milliar," tambahnya.


Tujuan XL tahun ini adalah lebih meningkatkan pemanfaatan jaringan sekaligus memprioritaskan perluasan infrastruktur Data. Hingga triwulan I-2013, XL telah punya 39.819 BTS, termasuk 13.295 Node B untuk mendukung peningkatan pengalaman menggunakan Data pada para pelanggan.


Perusahaan telekomunikasi itu telah membelanjakan Rp 1,98 triliun untuk investasi di tiga bulan pertama tahun 2013, yang sebagian besar menggunakan dana internal.


Perseroan juga telah menandatangani perjanjian pinjaman baru dalam Rupiah dengan Bank Mandiri pada Januari 2013 sebesar Rp 500 miliar dan Rp 2,5 triliun. XL juga telah menandatangani perjanjian kredit baru dalam Dolar dengan BTMU sebesar US$ 110 juta pada Maret 2013.


Karenanya aktivitas pembiayaan dan jumlah utang XL meningkat menjadi Rp 14,7 triliun dari tahun sebelumnya Rp 11,5 triliun, dan utang bersih/EBITDA meningkat dari 1,0x menjadi 1.5x.


(ang/dnl)