Harga Kedelai Melonjak, Harga Ayam Potong Terancam Naik

Jakarta - Harga kedelai impor mengalami kenaikan sejak beberapa minggu terakhir. Kenaikan harga kedelai salah satunya disebabkan karena melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Selain para perajin tahu dan tempe yang terkena imbas dari kenaikan harga kedelai, para pengusaha unggas khususnya ayam juga ikut terkena dampak. Hal ini disebabkan sebagian kecil volume pakan ternak unggas adalah berasal dari bungkil kedelai.


"Pakan unggas memang tidak menggunakan kedelai namun menggunakan bungkil kedelai. Penggunaan bungkil kedelai untuk pakan unggas itu 25-30% dari volume pakan ternak. Dengan melemahnya nilai kurs rupiah, harga bungkil kedelai juga ikut terkerek naik," ungkap Ketua Umum Gabungan Perusahaan Perunggasan Indonesia Anton J Supit kepada detikFinance, Selasa (3/9/2013).


Ia memberikan gambar tingkat kenaikan harga bungkil kedelai saat ini. Saat harga kurs dolar Rp 9.700/US$ harga bungkil kedelai hanya Rp 5.820/kg. Jika saat ini harga kurs dolar sudah Rp 11.500/US$ maka harga bungkil kedelai bisa Rp 7.000/kg.


"Ini gambaran secara umum artinya ada kenaikan hampir Rp 1.080/kg atau 18,5% itu berarti ada kenaikan harga pakan. Apalagi kita 100% masih impor bungkil kedelai," imbuhnya.


Dengan adanya tingkat kenaikan harga pakan unggas, mau tidak mau harga ayam potong seharusnya dinaikan. Namun Anton menyerahkan itu kepada masing-masing perusahaan. Ia tidak berhak untuk berbuat lebih jauh apalagi menetapkan harga karena tidak sesuai dengan aturan.


"Seharusnya harga unggas itu naik karena perhitungannya 70% dari pakannya namun tentunya akan dilakukan oleh masing-masing perusahaan karena mereka kan punya market. Secara teori harga ayam harus naik, tetapi kalau naik harus mengikuti hitung-hitunga tadi. Paling tidak harganya naik 10-15%," ujarnya.


(wij/ang)