Dia oleh banyak kalangan dinilai kurang baik kinerjanya. Namanya sudah resmi diusulkan untuk diganti.
Maka saya pun mulai memilah dan memilih. Terpikir oleh saya untuk mengangkat Pak Sofyan Basyir menjadi Dirut Bulog. Tapi saya merasa alangkah sayangnya kalau Pak Sofyan Basyir harus meninggalkan jabatannya sebagai Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI). Padahal BRI lagi semangat-semangatnya untuk mengembangkan diri. Terutama untuk menjadi micro banking terbesar di dunia.
Secara pribadi saya juga kasihan kalau dirut bank besar harus turun kelas, meski tugas negara lagi memerlukannya untuk penyelamatan kecukupan pangan. Tapi akhirnya saya putuskan: jangan Pak Sofyan Basyir. Beliau harus mewujudkan mimpi besarnya yang tak lain juga mimpi besar kita semua.
Lalu terlintas juga nama Arifin Tasrif, Direktur Utama PT Pupuk Indonesia. Tapi dia lagi melakukan pembenahan total di lima pabrik pupuk kita. Pembenahan bidang pupuk juga sangat strategis. Maka saya pun segera melupakan nama Arifin Tasrif.
Di balik sulitnya mencari calon pengganti pak Sutarto itulah saya "kembali ke laptop": apakah benar Sutarto harus diganti? Mengapa? Kinerja apa yang kurang? Kurang puas di bagian mananya?
Berdasarkah pertanyaan-pertanyaan itu saya memutuskan ini: bertemu dulu dengan orang yang namanya Sutarto itu. Saya akan bicara dengan dia dan mencari tahu mengapa kinerjanya dinilai kurang baik. Next
(ang/ang)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
