Pertama, ia mengakui produktivitas gula nasional masih rendah. Rendahnya produktivitas gula dipicu oleh beberapa persoalan karena kualitas bibit tebu. Selama ini, bibit tanaman tebu kurang memperoleh perhatian serius dari pabrik dan petani tebu.
"Gula mau tidak mau, kalau mau perbaiki peningkatan produksi tentu dari varietas unggulnya. Artinya dari benihnya dan artinya tanaman-tanaman yang selama ini dipanen sampai 5-6 kali, tentunya harus dibongkar. Tentunya ditunjang oleh benih yang bagus," kata Suswono usai rapat koordinasi di Kementerian Koordinator Ekonomi, Jakarta, Senin (19/5/2014).
Kedua, kondiasi pabrik gula, mayoritas pabrik gula di Indonesia berusia tua, sehingga berpengaruh terhadap kuantitas rendemen tebu. Dibandingkan swasta rendemen pabrik gula BUMN masih rendah.
"Kedua, perlu revitalisasi di pabrik gula. Selama ini kita tahu pabrik gula yang ada relatif sudah tua. Dari 52 pabrik gula BUMN yang ada, baru 10% yang direvitalisasi. Tapi tentu pelakunya di BUMN. Mereka sendiri yang harus lakukan itu," jelasnya.
Ketiga, persoalan lahan, Suswono menyebutkan Indonesia masih defisit di dalam pengadaan lahan baru untuk perkebunan tebu. Padahal permintaan gula terus melonjak di dalam negeri.
"Termasuk salah satunya kita kurang areal itu. Dengan lahan 460.000 hektar sekarang ini, itu memang tidak mencukupi. Kita sejak awal untuk bisa swasembada gula perlu tambahan 350.000 hektar. Sampai sekarang lahan sulit didapat," katanya.
(feb/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
