"Yang umum terjadi, paling banyak karena nasabah lupa password atau skimming. Ini setiap saat akan terjadi dengan kopi kartu. Dengan rencana tahun ini akan implementasi chip, skimming akan berkurang. Untuk internet, yang sering terjadi itu stealing customer data," kata Direktur Bidang IT BCA Suwignyo Budiman saat ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (13/5/2014).
Suwignyo mengaku, pihaknya tidak bisa mencegah kasus cyber crime secara total. Tapi paling tidak, kata dia, antisipasi terjadinya kejahatan tersebut bisa dilakukan lebih dini.
"Mencegah 100% tak mungkin. Yang bisa kita lalukan me-minimize terjadinya crime. Dilakukan melalui penanganan yang kuat dan edukasi internal dan kepada para nasabah. Kalau sudah terjadi, kita harus bisa menangangi dengan cepat. Ini penting bagaimana kita bisa menangani dan memikirkan pihak nasabah yang dirugikan," jelas dia.
Suwignyo menyebutkan, saat ini rata-rata transaksi perbankan BCA mencapai 10-13 juta transaksi setiap hari. Dari angka tersebut, sebesar 90% dilakukan di luar cabang. Artinya, transaksi ini dilakukan melalui communication line dan yang terbanyak dilakukan menggunakan ATM.
"Dulu akses hanya melalui cabang, sekarang melalui ATM, EDC. Average 10-13 juta transaksi terjadi setiap hari. 8% di cabang. 90% lebih terjadi di luar cabang, artinya melalui communication line. Ini yang kita lihat terbanyak ATM. Volumenya paling banyak ATM. Sekitar 4-5 kali lipat rupiahnya. Ke depan akan banyak dari internet. ATM/EDC lebih aman karena device own by the bank. Line-nya sudah dedicated. Tapi kalau internet, devicenya berbeda-beda. Bisa dari hp, Wi-Fi, warnet. Risikonya jauh lebih besar," paparnya.
Untuk itu, dia mengungkapkan, pihaknya akan menerapkan sistem teknologi informasi yang profesional untuk mencegah banyak terjadinya cyber crime.
"Tim IT kita ada 40 yang profesional. Membuat strategi pengamanan dari cabang sampai semuanya dan melakukan monitoring. Mereka make sure semua pengaman berjalan baik. Ini juga ada pengelola krisis kalau ada happening jebol, tim ini langsung gerak tergantung intensitas bahayanya. Mereka koordinir dengan unit kerja lain," tutup Suwignyo.
(drk/ang)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
