Jeruk Medan Rp 20 Ribu/Kg, Kok Jeruk Mandarin Rp 17 Ribu/Kg?

Bogor -Nilai impor pangan Indonesia cukup tinggi. Pada kuartal I-2014 (Januari-Maret 2014), Indonesia melakukan impor sejumlah bahan pangan dengan nominal US$ 2,36 miliar atau Rp 23,6 triliun. Presiden baru diminta bisa menekan angka ini.

"Presiden yang akan datang jangan yang hobinya impor," ungkap Pengamat Ekonomi Faisal Basri saat berdiskusi dengan media pertanian dengan tema 'Mencari Pemimpin yang Pro Pertanian' di Hotel Amaroossa, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (17/05/2014).


Faisal berpendapat, pemerintah yang sekarang menjabat terlihat jor-joran membuka keran impor. Hal ini disebabkan karena tingginya permintaan, tetapi tidak dicukupi produksi dalam negeri. Selain itu faktor pendorong lainnya adalah harga beli produk impor jauh lebih murah dengan kualitas bersaing.


"Contohnya, mana yang lebih murah jeruk Medan atau jeruk Mandarin? Menurut Bank Dunia harga Jeruk Medan itu Rp 20.000/kg sedangkan jeruk Mandarin Rp 17.000/kg. Nah saya coba lihat di ritel, harga jeruk Mandarin Rp 3.290/100 gram, sedangkan jeruk Medan Rp 3.400/100 gram. Bahkan sekarang ada jeruk Pakistan harganya hanya Rp 19.000/kg," tuturnya.


Salah satu penyebab mengapa harga produk lokal jauh lebih mahal dibandingkan produk impor adalah, karena masalah logistik. Faisal menilai sektor logistik di Indonesia tidak lagi efisien, sehingga daya saing produk Indonesia lebih rendah dibandingkan produk impor negara lain.


"Makanya pemimpin ke depan adalah yang punya visi maritim. Ongkos Jakarta ke Sorong US$ 2.000 sedangkan Jakarta-Singapura hanya US$ 185 lebih murah dari Padang-Jakarta US$ 600. Kapal kita dikenal boros BBM dan daya angkutnya sedikit ditambah lagi pelabuhannya tidak dibangun.

Ongkos angkut kita termahal ke-3 di ASEAN setelah Kamboja dan Brunei. Kalau impor termurah nomor 3 di ASEAN," jelasnya.


(wij/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!