Jokowi vs Prabowo di Mata Pelaku Pasar Keuangan

Jakarta -Dua calon kuat akan maju dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) RI Juli mendatang, yaitu Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo. Bagaimana pandangan pelaku pasar atas dua calon ini?

Pengamat Pasar Uang dari Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih mengatakan, pasar lebih pilih memantau pergerakan Jokowi sebagai capres 2014-2019.


"Sebenarnya begini, pasar kan melihat punya penilaiannya sendiri. Kalau PJokowi ini kan dilihat sebagai figur baru. Karena figur baru diharapkan ada hal baru perubahan baru," ujarnya kepada detikFinance, Jumat (16/5/2014).


Pelaku pasar ingin ada pembangunan segala bidang di Indonesia. Jokowi dinilai sudah punya rekam jejak yang baik sebagai birokrat. Sehingga, pasar menilai Jokowi sudah punya pengalaman di dunia pemerintahan, berbeda dengan Prabowo.


"Kalau Prabowo ini kan belum pernah jadi birokrat. Pasar melihatnya sederhana saja, daripada yang belum pasti, mending lihat yang sudah pasti saja lah. Pasti punya pengalaman, pasti sudah pernah melakukan pembangunan," ujarnya.


Hal ini juga yang membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat. Pagi ini dolar AS berada di kisaran Rp 11.410 per dolar AS, lebih rendah dari posisi kemarin di Rp 11.485 per dolar AS.


Sejak awal bulan ini rupiah sudah menguat lebih dari satu persen terhadap mata uang Paman Sam. Selain sentimen positif dari Jokowi, Lana menambahkan, dolar melemah karena permintaannya sedang turun.


Sehingga rupiah bisa menguat terhadap dolar AS lebih kencang dibandingkan mata uang di negara-negara kawasan alias regional.


"Itu kan karena rupiah memulai dari level yang rendah. Kemarin rupiah melemah terus gara-gara hasil legislatif tidak sesuai harapan pasar. Nah, dua hari ini rupiah naik lagi karena ada sentimen positif. Naik agak kencang memang," ujarnya.


(ang/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!