Ketua Umum Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia (Gaprindo) Muhaimin Moefti mengungkapkan, dalam 2 tahun terakhir, pangsa pasar rokok kretek di Indonesia terus menurun. Faktornya dipengaruhi cuaca, citra, dan harga.
"Dalam 2 tahun itu, orang yang menghisap rokok kretek itu mungkin jadi kurang cocok, jadi beralih ke rokok filter," katanya kepada detikFinance, Senin (19/5/2014).
Muhaimin menjelaskan lima tahun lalu, tepatnya pada 2009 komposisi pangsa pasar rokok SKT masih mencapai 30,4%, sisanya ada Sigaret Putih Mesin (SPM), dan Sigaret Kretek Mesin (SKM). Namun tahun-tahun berikutnya, produksi rokok SKT terus mengalami penurunan hingga mencapai 23% pada 2013.
Pihak Sampoerna juga mengakui volume penjualan rokok Sampoerna mengalami penurunan sebesar 13% pada tahun 2013. Total volume SKT industri terus mengalami penurunan hingga triwulan I-2014 mencapai 16,1%.
"Penurunan itu sudah cukup besar, di kuartal pertama tahun 2014 masih berlanjut, jadi memang pindah," lanjutnya.
Meski pasarnya terus tergerus, ia yakin rokok kretek tetap memiliki pangsa pasarnya sendiri, dan tak akan punah tergeser oleh rokok putih. Ia menegaskan konsumen yang masih akan tetap setia menghisap rokok jenis ini terutama konsumen usia tua.
"Kalau sampai habis ya nggak lah. Kan yang suka kepada rokok kretek tangan itu masih banyak," tutupnya.
(zul/ang)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
