Ide Soal Petani Pakai Pupuk Khusus, Ini Tantangannya

Jakarta -Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto dalam debat Capres tadi malam berjanji akan mendorong penggunaan pupuk spesifik untuk para petani jika terpilih sebagai presiden. Hal ini untuk meningkatkan kapasitas produksi tanaman pangan di dalam negeri hingga 40%, atau lebih tinggi daripada pupuk majemuk.

"Harus pakai pupuk majemuk yang spesifik. Misalnya perlu ada pupuk untuk jagung, beras, ubi. Jadi tidak umum, satu pupuk untuk semua. Dengan diberi pupuk majemuk, bisa tingkatkan produksi hingga 40%," kata Prabowo semalam.


Guru Besar Universitas Riau Almasdi Syahza mengatakan soal pupuk spesifik bukan hal baru di dalam penelitian pertanian pangan di Tanah Air. Menurutnya di banyak universitas negeri di Indonesia, penelitian soal pupuk spesifik ini sudah banyak dilakukan.


"Hasil penelitian di IPB (Institut Pertanian Bogor), di USU (Universitas Sumetera Utara) itu sudah ada penelitiannya, sudah banyak pula. Misalnya, untuk jagung pupuknya seperti apa, untuk beras seperti apa, dan lain-lain, itu sudah banyak penelitiannya," kata Almasdi kepada detikFinance, Minggu (6/7/2014).


Menurut Almasdi, bukan hal yang mudah untuk menerapkan hasil penelitian itu. Masalahnya antaralain soal nilai keekonomian atau harga yang mahal masih menjadi kendala.


Petani di era modern ini, telah berpikir secara modern untuk bertindak mereka juga memperhitungkan faktor ekonomi. Bila secara ekonomi metode ini dinilai terlalu mahal maka dengan sendirinya akan ditinggalkan dan beralih kepada metode yang menawarkan biaya produksi yang lebih murah.


"Beda peneliti, beda lagi ekonomi. Kita sebagai peneliti sudah mampu menghasilkan pupuk yang spesifik, tapi industri kita belum siap. Karena bila diterapkan, secara ekonomi kurang efisien. Jadinya petani lebih suka beli yang universal (umum), satu pupuk bisa dipakai untuk macam-macam tanaman," tuturnya.


Untuk itu, menurutnya, perlu ada campur tangan dari Pemerintah dalam hal mendorong penelitian soal pupuk ini agar menghasilkan produk unggul berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau.


"Jadi bagaimana ini bisa diterapkan, pemerintah yang punya peran supaya peneliti kita menemukan yang kualitasnya bagus tapi harganya terjangkau," katanya.


(hen/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!