Misalnya konsumen di Kelapa Gading, Sunter Jakarta Utara umumnya melakukan antisipasi. Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya ada aksi borong stok makanan hingga beberapa hari bahkan seminggu.
"Pengalaman kami. Banyak teman di Kelapa Gading, mereka punya kemampuan untuk membeli. Biasanya mereka pasti stok makanan di rumah dari 3 hari sampai seminggu," tutur Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) Tutum Rahanta kepada detikFinance, Selasa (10/2/2015).
Tutum mengatakan, pada saat banjir, masyarakat tak bisa ke mana-mana, bahkan untuk membeli makanan pun sulit. Bila banjir telah surut, konsumen memborong persediaan makanan, karena khawatir banjir akan kembali datang.
"Kalau sudah reda, dia pasti keluar. Sehari pasti ada reda sedikit," tuturnya.
Tutum mengungkapkan, kondisi ini sudah terjadi dari tahun ke tahun. Masyarakat di sana menurut Tutum sudah belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya. Makanan-makanan yang dibeli konsumen pun biasanya di luar bahan pokok. Alasannya bahan pokok seperti beras, gula, dan lain-lain selalu ada persediaan meski tak ada banjir.
"Jadi mereka beli daging, ikan-ikanan. Lalu makanan kaleng dia masak. Kalau beras gula kan itu pasti ada harian," tuturnya.
Selain itu, lanjut Tutum, jarak toko yang jauh tak menjadi soal bagi mereka untuk membeli makanan, karena beberapa toko harus tutup akibat banjir. "Jadi mereka tetap belanja. Hanya jaraknya saja yang agak menjauh," tutupnya.
(zul/hen)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com