Proyek Terowongan 'Raksasa' Anti Banjir Jakarta Berakhir 'Mentah'

Jakarta -Rencana membangun multipurpose deep tunnel atau terowongan 'raksasa' anti banjir di Jakarta kini tak ada kabarnya lagi. Proyek yang meniru seperti yang ada di Malaysia, SMART Tunnel sempat muncul pada 2012 ketika Presiden Jokowi masih jadi gubernur DKI Jakarta.

Deputi Menteri Koodinator Bidang Perekonomian bidang Infrastruktur Lucky Eko Wuryanto menyebut proyek tersebut tidak layak secara finansial. Cenderung mahal dan tidak‎ akan begitu efektif mengatasi curah hujan yang tinggi di Jakarta dalam musim tertentu.


"Itu sih sebetulnya investasinya mahal. Kontribusinya untuk pengendalian banjir nggak banyak. Cuma bisa 5% sampai 10%," ungkap Lucky ditemui di kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (12/2/2015).


Pada waktu itu, proyek raksasa diperkirakan membutuhkan dana Rp 26 triliun. Pemda DKI Jakarta sempat menghitung sanggup membiayai 70% atau Rp 18,2 triliun dari total proyek.


Lucky menuturkan bila proyek terowongan 'raksasa' memiliki efek yang masif atau tak hanya terpusat di satu daerah saja, maka proyek tersebut bisa layak dikerjakan.


"Lain misalnya kalau bisa mengendalikan banjir 50%, dan tidak di satu area saja. Kalau itu (deep tunnel) kelihatannya begitu (tidak feasible)," lanjutnya.


Menurut Lucky ‎membangun proyek yang mahal namun tidak sebanding efeknya maka proyek itu bisa disebut tak layak. Lucky lebih‎ memilih membangun proyek yang mahal namun sepadan dengan efek yang ditimbulkan seperti rencana Giant Sea Wall atau NCICD yang sudah menjadi program pemerintah pusat dan daerah.


"NCICD (National Capital Integrated‎ Coastal Development)," singkatnya.


(zul/hen)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com

Informasi pemasangan iklan

hubungi : sales[at]detik.com