Dalam rapat antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan sejumlah menteri hari ini, dibahas soal ketidakpastian ekonomi di Indonesia.
Menko Perekonomian Sofyan Djalil usai rapat mengatakan, biaya logistik khususnya terkait impor barang di Indonesia penuh ketidakpastian.
"Kalau orang mengimpor kan yang paling penting just in time (tepat waktu). Jadi kalau pabrik mau bangun sesuatu just in time. Jadi tidak perlu inventory (menyimpan barang). Tapi di Indonesia karena tidak pasti, karena lamanya di pelabuhan, biaya transportasi dan lain-lain, sehingga orang tidak bisa memprediksi," tutur Sofyan usai rapat di Istana Presiden, Jakarta, Selasa (10/2/2015).
Jadi di Indonesia bila mau mengimpor sebuah produk atau barang, pengusaha memerlukan biaya penyimpanan (inventory cost), karena urusan perizinan masih tidak tepat waktu.
"Jadi misalnya inventory di Indonesia sampai 30-40 hari, kalau di Malaysia atau Singapura cukup 1-2 minggu. Ini hal-hal yang harus diperbaiki," kata Sofyan.
Karena itu, pemerintah membentuk gugus kerja (task force) untuk memperbaiki arus barang di pelabuhan, hingga ke sisi birokrasi perizinan di Bea Cukai.
"Pelabuhan tetap akan dibangun tapi yang diperlukan. Bukan berarti semua harus dibangun, karena yang paling penting adalah bagaimana meningkatkan efisiensi," jelas Sofyan yang memimpin task force di bawah pengawasan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Task force yang dipimpin Sofyan terdiri dari Kementerian Perhubungan, Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Tenaga Kerja, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan.
(dnl/hen)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com