Bisnis Sedang Suram, Produksi Batu Bara di RI Tetap Jor-joran

Jakarta -Harga batu bara masih anjlok sejak 2011, sehingga bisnis di sektor ini makin suram. Namun, pemerintah tetap menargetkan produksi batu bara meningkat.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara, Kementerian ESDM yang dikutip detikFinance, Kamis (12/2/2015), produksi batu bara 2015 ditargetkan mencapai 425 juta ton. Di mana dari produksi tersebut, 76% atau sebanyak 322 juta ton diekspor ke luar negeri, hanya 24% atau 103 juta ton di alokasikan untuk domestik.


Bila dibandingkan realisasi produksi batu bara tahun lalu, produksinya lebih sedikit. Pada 2014 realisasi produksi batu bara mencapai 458 juta ton.


Pada 2014, sebanyak 382 juta ton batu bara diekspor ke luar negeri, sedangkan pasokan domestik hanya 76 juta ton.


Produksi Batu bara dari tahun ke tahun:



  • 2010: produksi 280 juta ton, diekspor 210 juta ton

  • 2011: produksi 353 juta ton, diekspor 287 juta ton

  • 2012: produksi 412 juta ton, diekspor 333 juta ton

  • 2013: produksi 474 juta ton, diekspor 402 juta ton


Pasokan batu bara untuk tahun ini meningkat signifikan. Pasalnya banyak pembangkit listrik batu bara (PLTU) yang didirikan dan beroperasi. Apalagi pemerintah menargetkan permintaan batu bara domestik dapat meningkat 8% per tahun, sedangkan ekspor turun 1,5% tahun serta produksi dikendalikan hanya naik 1% per tahun.

Sementara, berdasarkan rencana produksi batu bara 2015-2019, pemerintah menargetkan produksi batu bara, beberapa tahun ke depan:



  • 2015: produksi 425 juta ton, diekspor 322 juta ton

  • 2016: produksi 429 juta ton, diekspor 318 juta ton

  • 2017: produksi 434 juta ton, diekspor 313 juta ton

  • 2018: produksi 434 juta ton, diekspor 303 juta ton

  • 2019: produksi 442 juta ton, diekspor 302 juta ton


Pemerintah tetap menargetkan produksi batu bara cukup tinggi tahun ini. Pasalnya, batu bara merupakan salah satu penyumbang pendapatan negara cukup besar.

Kementerian ESDM mencatat, penerimaan negara di sektor mineral dan batu bara, paling banyak di dominasi dari batu bara.


Sektor mineral yang di dalamnya disumbang PT Freeport Indonesia, Newmont Nusa Tenggara dan lainnya hanya memberikan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), pada 2014 hanya sebanyak Rp 2,1 triliun, sedangkan PNBP sektor batu bara yang disumbang oleh perusahaam seperti Adaro, Buma, dan lainnya pada 2014 mencapai Rp 37,6 triliun.


(rrd/ang)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com

Informasi pemasangan iklan

hubungi : sales[at]detik.com