Pertamina Akan Produksi Listrik 560 MW Pakai Tenaga Angin, Surya, dan Air Laut

Jakarta -PT Pertamina (Persero) akan mendukung program pemerintah di dalam memproduksi energi baru dan terbarukan. Pertamina menargetkan mampu menghasilkan listrik dari energi rendah emisi tersebut hingga mencapai 560 Mega Watt (MW).

Fokus produksi listrik ramah lingkungan ini dilakukan di daerah-daerah kepulauan yang sulit terjangkau jaringan listrik konvensional. Energi baru dan terbarukan ini bersumber dari energi angin (wind), matahari (solar), hingga Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) yang memanfaatkan air laut.


"Pada tahun 2018, kami harapkan pengembangan wind, solar, dan OTEC dalam skala lebih besar sudah dimulai sehingga kapasitas total pembangkit listrik berbasis ketiga jenis energi baru dan terbarukan mencapai 560 MW," kata Direktur Energi Baru dan Terbarukan Pertamina Yenni Andayani saat acara penandatangan kerja sama antara Pertamina dan Akuo Energy di kantor pusat Pertamina, Rabu (11/2/2015).


Pengembangan energi baru dan terbarukan skala besar dimulai pada 2018 setelah proyek awal yakni pengembangan energi solar fase I sebanyak 5 MW pada 2016 dan pengembangan energi solar dan angin sebanyak 65 MW pada 2017. Pengembangan skala besar dilakukan dalam periode 5 tahun mulai 2018. Tahap awal, Pertamina menggandeng perusahaan energi ramah lingkungan berpengalaman asal Prancis, Akuo Energy.


"Selebihnya 5 tahun dari itu lah. Gabungan dari angin, surya, OTEC," kata VP Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir.


Selama ini, lanjut Ali, pengembangan energi baru dan terbarukan relatif lambat karena ongkos atau biaya investasi awal yang lebih mahal.


"Kendala pertama karena bersaing dengan energi konvensional yang relatif lebih murah. Listrik dari BBM, batu bara, itu lebih murah. Makanya kita fokuskan ke daerah-daerah yang isolated sehingga ini memiliki nilai kompetitif yang lebih tinggi," jelas Ali.


Untuk memproduksi listrik sebanyak 560 MW, Pertamina belum bisa menyebutkan nilai investasi.


"Kita belum bicara investasi, yang penting partner-nya sudah berpengalaman di Eropa. Energi angin surya di Eropa sudah digunakan sejak lama. Yang penting kita benar-benar menjadikan ini sebagai sumber pasokan listrik yang baru dan punya skala ekonomi," papar Ali.


(feb/hds)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com

Informasi pemasangan iklan

hubungi : sales[at]detik.com