Bank Dunia Berikan Utangan Rp 900 Miliar untuk Litbang Proyek Pemerintah

Jakarta - The World Bank (Bank Dunia) memberikan dukungan kepada Indonesia dalam membangun ekonomi berbasis pengetahuan melalui sebuah proyek baru yang bertujuan memperkuat kapasitas penelitian dan pengembangan.

Proyek bernama 'Research and Innovation in Science and Technology Project' (RISET) ini telah disetujui pada 29 Maret 2013 lalu di Washington DC ini oleh dewan eksekutif Bank Dunia. Bank Dunia akan mendukung berbagai kegiatan Indonesia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), serta inovasi.


"Mempercepat kemajuan SDM dan iptek nasional merupakan salah satu pilar utama dalam masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia, atau MP3EI. Dengan bergeser dari sebuah ekonomi berbasis sumber daya alam ke ekonomi berbasis pengetahuan, maka perekonomian Indonesia akan semakin kompetitif di sejumlah sektor apalagi jika ditunjang dengan inovasi lokal dan jumlah SDM Indonesia yang begitu besar," kata World Bank Country Director for Indonesia Stefan G. Koeberle dalam siaran persnya, Senin (1/4/2013).


"Sebagai bank pengetahuan, Bank Dunia siap mendukung Indonesia melewati transisi ini dengan membagi pengalaman global terkait penguatan lembaga iptek, serta melatih dan mengelola SDM tingkat tinggi," imbuh Stefan.


Proyek RISET akan mendukung langkah-langkah yang telah dipersiapkan untuk memperkuat kinerja dan kompetensi tujuh lembaga iptek nasional, yaitu: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI); Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT); Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN); Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN); Badan Informasi Geospasial (BIG); Badan Standardisasi Nasional (BSN); and Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN).


RISET juga akan mendukung badan penelitian dan pengembangan di enam koridor ekonomi dalam MP3EI, yakni koridor Sumatera; Jawa; Kalimantan; Sulawesi; Bali-Nusa Tenggara; dan Papua-Kepulauan Maluku. RISET yang akan didanai dengan dana pinjaman senilai U$ 95 juta juga diharapkan dapat memperkuat hubungan antara fungsi litbang, dan prioritas-prioritas pembangunan nasional.


"Jumlah peneliti Indonesia di lembaga iptek nasional yang memegang gelar S3 tidak sampai 5 persen. Yang memegang gelar S2 tidak sampai 15 persen. Mayoritas peneliti hanya bergelar S1 atau lebih rendah. Sebagian besar proyek RISET akan ditujukan untuk memberi beasiswa kepada peneliti-peneliti Indonesia, terutama bagi mereka yang bergerak di berbagai bidang iptek," kata Dandan Chen, Ekonom Senior bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik dan pimpinan proyek.


Sekitar 400 peneliti akan menerima manfaat dari peningkatan ilmu dan keahlian melalui program bergelar maupun non-gelar. Sejumlah penelima akan menerima peneliti lainnya akan menerima manfaat dari pertukaran ilmu global dan industrial. Dari segi penguatan kelembagaan Iptek, RISET akan membantu lembaga-lembaga iptek nasional dalam menentukan prioritas strategis dan kemudian meningkatkan kapasitas SDM sesuai prioritas-prioritas tersebut.


Kedepan, dengan adanya penguatan kebijakan Iptek dan lembaga litbang nasional, investasi litbang pun akan meningkat. Saat ini, investasi litbang Indonesia hanya berkisar 0.08 persen PDB – jauh dibawah negara-negara tetangga: China (1.47 persen), Malaysia (0.6 persen) and Thailand (0.26 persen).


(dru/dnl)