Harga Semen di Pegunungan Papua Rp 1 Juta, Jalan dan Jembatan Harus Dibangun

Surabaya - Sudah jadi rahasia umum harga semen di wilayah pegunungan Papua sangat tinggi di Indonesia. Harga semen per sak di wilayah pegunungan mencapai Rp 1 Juta per sak, padahal di wilayah perkotaan di Papua hanya Rp 65.000-Rp 70.000 per sak.

"Karena transportasi yang susah. Distribusi tidak bisa melalui darat, harus lewat udara dan selain itu harus diangkut lagi melewati pegunungan," kata Kepala Departemen Pengembangan dan Pemasaran PT Semen Indonesia Rudi Hartono usai Seminar Beton "Peningkatan Pembangunan Infrastruktur di Wilayah Sorong Raya" yang diikuti perwakilan Dinas Pekerjaan Umum dan Rekanan di Sorong, Papua Barat, Selasa (28/5/2013).


Rudi menuturkan dengan adanya pabrik pengemasan Semen Indonesia yang telah beroperasi di Sorong, Papua diharapkan mampu memenuhi kebutuhan semen di wilayah Papua Barat yang belakangan ini pembangunan infrastrukturnya mengalami pertumbuhan.


Menurut Rudi harga semen di pedalaman Papua bisa ditekan kembali ke harga sewajarnya apabila pembangunan insfrastruktur jalan dan jembatan berjalan. "Untuk menekan harga perlu ada pembangunan infrastruktur fisik di daerah-daerah yang terpencil. Agar distribusi semakin mudah dan murah," kata Rudi.


Pembangunan di kawasan Papua dan Maluku cukup menggeliat. Permintaan semen pun mengalami terus pertumbuhan, bahkan melampui wilayah Jawa maupun lainnya. Penjualan semen di Papua dan Maluku juga melampaui wilayah lainnya, seperti Jawa yang hanya tumbuh 11 persen, Sumatera 1,8 persen, atau Kalimantan 11,4 persen.


Periode Januari-April 2013, pertumbuhan penjualan semen mencapai 14 persen atau 449.660 ton. Sedangkan konsumsi semen di wilayah Papua tumbuh sekitar 30-40 persen setiap tahunnya.


Kendati pertumbuhannya cukup tinggi, lanjut Rudi, jumlah konsumsi semen di Papua sebenarnya masih kecil dibanding provinsi lain di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.


Total distribusi produk Semen Indonesia di Papua berkisar 30.000-40.000 ton setiap bulan dengan pangsa pasar 40-50 persen. "Dari jumlah itu, sekitar 12.000 ton berada di Provinsi Papua Barat," kata.


(gik/hen)