Jadi Pembeli Terbanyak, India Selamatkan Ekspor CPO RI

Jakarta - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat tren penurunan ekspor crude palm oil (CPO) yang dibarengi anjloknya harga sepanjang 2013. Namun di tengah kelesuan pasar dan harga, India justru banyak membeli CPO dari Indonesia pada April lalu.

Direktur Eksekutif Fadhil Hasan mengatakan ekspor CPO dan turunannya pada April tercatat mengalami penurunan ke semua negara tujuan kecuali India. Pasar utama ekspor masih didominasi oleh India dengan volume mencapai 546 ribu ton, naik sekitar 130 ribu ton atau 23,8% dibandingkan dengan volume ekspor Maret 416 ribu ton.


"Naiknya volume ekspor ke India dipengaruhi harga CPO dunia yang diperkirakan akan naik di Mei 2013 karena langkanya persediaan minyak nabati lainnya sementara konsumsi dunia masih cukup tinggi," katanya dalam keterangan tertulis Gapki, Senin (27/5/2013)


Ia menjelaskan, keterlambatan jadwal penanaman kedelai dan jagung juga mempengaruhi waktu produksi sehingga hal ini akan menimbulkan spekulasi kelangkaan kedelai dan jagung yang pada akhirnya akan mengangkat harga minyak sawit sebagai minyak substitusi. Hal ini yang memicu aksi beli dari India.


"Aksi beli India tidak diikuti negara lainnya. Volume ekspor CPO dan turunannya ke China tercatat turun 6% dari 174,4 ribu ton di Maret menjadi 164,5 ribu ton di April," jelas Fadhil.


Fadhil mengatakan walaupun terjadi peningkatan permintaan dibandingkan bulan lalu, jika dibandingkan dengan ekspor pada Januari dan Februari, kinerja ekspor ke India mengalami penurunan 30% atau setara dengan 233 ribu ton dari 778,92 ribu ton pada Januari, dan turun 16% atau 106,84 ribu ton dari 652,78 ribu ton pada Feburari lalu.


Sementara itu, lanjut Fadhil, ekspor ke negara Uni Eropa juga mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu 18,7% dari 403 ribu ton di Maret menjadi 301 ribu ton di April. Penurunan volume ekspor juga terjadi di negara tujuan ekspor lainnya seperti USA, Pakistan, dan Bangladesh.


"Ekspor CPO dan turunannya pada April ini mencapai 1,49 juta ton terus mengalami penurunan sejak Januari, yaitu dari 2,05 juta ton (Januari) menjadi 1,92 juta ton (Februari) dan 1,7 juta ton (Maret)," jelasnya.


Ia menjelaskan, turunnya volume ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia ini dipengaruhi beberapa faktor seperti penurunan produksi, permintaan pasar dunia yang lemah sebagai akibat krisis ekonomi Eropa dan belum pulihnya pertumbuhan ekonomi AS yang berdampak pada perekonomian China dan Pakistan.

Hambatan perdagangan terhadap minyak sawit seperti pengetatan regulasi impor minyak nabati di China dan isu minyak sawit yang tidak ramah lingkungan khususnya di Uni Eropa, dan pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat.


"Jika dihitung total volume ekspor year on year, kinerja ekspor CPO dan turunannya periode Januari-April 2013 menunjukkan kenaikan. Total volume ekspor Januari-April tahun ini mencapai 7,17 juta ton. Jika dibandingkan dengan periode yang sama kinerja ekspor Januari-April tahun ini mengalami kenaikan 17% atau naik 1,24 juta ton dari 5,93 juta ton pada Januari-April 2012," jelasnya.


Seperti diketahui, harga CPO di pasar dunia semakin lesu. Harga CPO pada April hingga pertengahan Mei 2013 berkisar diantara US$ 825-US$ 857,5 per metrik ton. Kisaran harga ini turun dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya US$ 835-US$ 870 (Maret), US$ 835-US$ 885 (Februari) dan US$ 810-US$ 885 (Januari).


"Pasar CPO diharapkan lebih bergairah pada bulan Juni dan Juli. Jelang Ramadan diperkirakan permintaan beberapa negara akan meningkat," jelasnya.


(hen/dnl)