Eks Karyawan PTDI Ini 'Hijrah' ke Boeing Bersama 30 Rekannya

Jakarta - PT Dirgantara Indonesia (PTDI) sempat mengalami masa-masa kejayaan sebelum krisis ekonomi 1998 menimpa Indonesia. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) produsen pesawat terbang ini mempekerjakan puluhan ribu insinyur pesawat.

Pasca krisis ekonomi, ribuan karyawan PTDI diberhentikan dan ada yang memilih keluar untuk bekerja di produsen pesawat dunia seperti Boeing dan Airbus. Hal ini dialami oleh Gemini C. Bangu, Putra. Mantan karyawan PTDI ini sekarang menetap dan bekerja untuk pabrik Boeing di Seattle, Amerika Serikat.


"Saya dari awal datang tahun 2001 sampai sekarang masih di Boeing," ucap Gemini kepada detikFinance di sela acara Diaspora, JCC Senayan, Jakarta, seperti dikutip Selasa (20/8/2013).


Sekarang ia bekerja pada bagian stress analysis pesawat terbang. Ia mengaku tidak sendiri. Hingga saat ini setidaknya ada 30 orang karyawan eks PTDI yang bekerja di pabrikan Boeing.


Menurutnya banyak insinyur asal PTDI yang keluar karena masalah keuangan dan gonjang-ganjing yang menimpa BUMN produsen pesawat itu. "Ada 30 orang yang masih menetap," jelasnya.


Diakui Gemini, ia bergabung di PTDI sejak tahun 1989. Ia terlibat pada proyek pengembangan pesawat baling-baling N250 dan pesawat bermesin jet N2130. Hingga saat ini, dirinya masih berhubungan dengan karyawan PTDI.


"Di PTDI dari 1989. Saya terlibat di project 250 dan 2130. Setelah itu saya itu saya diterima di Boeing," tambahnya.


Ia pun menyayangkan proyek pesawat N250 dan N2130 harus dihentikan. Pria yang lama menetap di Bandung ini pun berharap ada proyek pengembangan pesawat lagi di Indonesia.


Menurutnya hal ini perlu dilakukan agar generasi tua Indonesia bisa mentransfer kemampuan merancang dan memproduksi pesawat kepada generasi muda.


"Saya bilang ke Mas Ilham (anak BJ Habibie) kenapa nggak diterusin project seperti itu karena kebetulan kita masih ada. BJ Habibie masih ada, Ilham masih ada. Kalau itu berhenti. Berhenti semua. Kalau mulai lagi susah. Sekarang kan ada pasar. Kalau kita berhenti sekarang generasi berikutnya nggak ada (kemampuan membuat pesawat)," tegasnya.


(feb/ang)