Seluruh saham sektoral mengalami koreksi dengan motornya adalah sektor perbankan, infrastruktur, dan properti. Kekhawatiran pelaku pasar meningkat setelah BI mengumumkan angka defisit trasaksi berjalan 2Q13 mencapai USD9,8 miliar atau 4,4% PDB dibandingkan 2Q13 sebesar USD5,8 miliar atau 2,6% PDB. Hal ini kemudian di respon dengan naiknya biaya premi resiko tercermin dari CDS tenor lima tahun yang mencapai 240 naik 2,52%. Bandingkan per 23 Juni CDS Indonesia tenor lima tahun masih 151,32. Yield obligasi Indonesia tenor 10 tahun juga meningkat mencapai 8,22%.
Selain faktor domestik, tekanan jual juga dipengaruhi sentimen eksternal berupa keinginan The Fed mengurangi stimulusnya mulai akhir tahun ini. Sementara bursa global tadi malam juga ditutup di negatif area. Indeks DJIA dan S&P di Wall Street masing-masing ditutup melemah 0,47% dan 0,59%. Koreksi ini dipicu spekulasi The Fed akan mengurangi stimulusnya pada pertemuan September mendatang yang berakibat naiknya tingkat bunga.
Dengan pasar yang minim insentif positif dan resiko pasar yang cenderung meningkat diperkirakan pergerakan IHSG masih akan di teritori negatif meskipun diharapkan adanya technical rebound temporer. IHSG akan bergerak dengan support di 4250 dan resisten di 4400.
IHSG : S1 4250 S2 4200 R1 4400 R2 4470
Saham Pilihan
SMCB 2600-2850 BoW, SL 2500
BBNI 3800-4000 Buy, SL 3700
ENRG 90-100 BoW, SL 88
PGAS 5350-5700 BoW, SL 5300
ADRO 710-770 BoW, SL 700
(dru/dru)