Perajin Tempe Temukan Kedelai Bercampur Jagung

Semarang - Naiknya harga kedelai tidak menjadi satu-satunya faktor yang menyebabkan perajin tempe berkeluh kesah. Di Semarang, perajin tempe menemukan butiran-butiran jagung di antara kedelai yang akan diolah.

Rohmat Subur (48) salah satu perajin tempe di Kelurahan Penggaron Lor RT 07 RW 01, Kecamatan Genuk, Semarang bertambah kesibukannya ketika mencuci kedelai. Ia harus memilah butiran jagung yang ada di antara satu ton kedelai.


"Satu ton itu mungkin kalau dikumpulkan ada sekitar 10 kilogram jagung," kata Subur di rumahnya, Semarang, Selasa (3/9/2013).


Dibantu lima pekerja dari ibu-ibu rumah tangga, Subur dengan teliti mencari jagung yang tercampur di kedelai. Ia mengeluhkan waktu dan tenaga yang terbuang karena melakukan aktivitas tambahan itu.


"Kadang-kadang setiap 50 kilogram bisa ada jagungnya setengah kilogram," tandasnya.


Tidak jarang kedelai yang sudah diolah menjadi tempe masih tercampur beberapa butir jagung. Dengan terpaksa, Subur harus menyisihkan tempe yang masih ada jagungnya itu.


"Ya kalau masih ada tempenya tidak bisa dijual. Enggak ada yang mau," ujar pria yang sudah 20 tahun memperoduksi tempe itu.


Terkait harga, Subur harus merogoh kantong cukup dalam untuk membeli kedelai. Pada Juli lalu, Subur masih bisa mendapatkan satu ton kedelai dengan harga Rp 7 juta, namun saat ini ia harus mengeluarkan uang Rp 9,5 juta.


"Naiknya (harga) bertahap sejak bulan puasa kemarin. Sangat memberatkan apalagi permintaan konsumen sekarang menurun," ujarnya.


(alg/dnl)