Ini Alasan PGN Kesulitan Perluas Jaringan Gas Kota di Indonesia

Jakarta -PT PGN Tbk mengakui kesulitan mengembangkan jaringan gas kota di Indonesia karena tidak mendapat alokasi gas yang signifikan dari pemerintah.

Padahal PGN mengklaim bisa menjual lebih murah gas bumi (alam) melalui pipa-pipa ke rumah tangga daripada menggunakan Elpiji/LPG (liquefied petroleum gas) kemasan tabung. Harga gas dengan sistem jaringan pipa gas kota hanya Rp 3.000 per Kg setara Elpiji.


"Pelanggan kita ya masih segitu-segitu aja tahun ini seperti pelanggan rumah tangga hanya 88.009 pelanggan, ya ini karena pasokan gasnya tidak cukup, karena kita nggak dapat alokasi gas, kalau kita paksakan tambah pelanggan nanti bisa mengurangi pasokan pelanggan lainnya yang sudah ada," kata Head Of Corporate Communication PT PGN Ridha Ababil kepada detikkFinance, Kamis (9/1/2014).


Ridha mengungkapkan setelah 2007, PGN tidak lagi menerima alokasi pasokan atau kontrak gas baru yang signifikan.


"Gas tersebutkan tidak bisa beli seenaknya, atau beli langsung ke perusahaan Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS/perusahaan yang memproduksi gas bumi), gas itu harus mendapatkan alokasi dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) terlebih dahulu, sayangnya kita belum juga dapat alokasi gas," ujarnya.


Ridha menambahkan dengan tidak adanya alokasi gas yang signifikan, membuat PGN sulit untuk mengembangkan jaringan gas, hingga mengantarkan gas bumi agar bisa dimanfaatkan lebih banyak masyarakat, untuk memasak maupun untuk transportasi dan lainnya.


"Pipa gas itu baru bisa dibangun jika sudah ada jaminan pasokan gasnya, bagaimana kita mau bangun pipa menghabiskan miliaran bahkan triliunan rupiah tetapi setelah terbangun gasnya nggak ada, mau diisi apa pipanya. Selain itu jaminan pasokan gas minimal harus 20-25 tahun, bukan cuma 5 tahun," katanya.


(rrd/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!