Sedangkan aksi beli selektif menyasar saham-saham tambang logam menyusul kenaikan harga komoditas nikel yang menembus level USD16000/MT. Koreksi IHSG kemarin dinilai cukup wajar setelah menguat hingga 14% sejak awal tahun ini.
Peluang penguatan lanjutan IHSG akan menghadapi tantangan meningkatnya resiko perekonomian global menyusul krisis Rusia-Ukraina dan perlambatan ekonomi China.
Sedangkan dari domestik, perekonomian nasional tahun ini diproyeksikan melambat. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya 5,3% melambat dari tahun lalu 5,78%.
Sementara tadi malam, Wall Street melanjutkan tren penguatannya menyusul komentar positif Presiden Rusia Vladimir Putin yang tidak akan mengambil langkah militer dalam merespon hasil refrendum Semenanjung Crimea yang ditentang Ukraina dan negara barat.
Pelaku pasar juga mengantisipasi pertemuan The Fed pekan ini yang diperkirakan akan memutuskan langkah lanjutan pengurangan stimulus sebesar USD10 miliar setiap bulannya. Indeks DJIA dan S&P masing-masing menguat 0,55% dan 0,72% ditutup di 16336,19 dan 1872,25. Harga emas terkoreksi hingga 1% di USD1359/t.oz menyusul redahnya kekhawatiran krisis Ukraina.
Pada perdagangan hari ini, IHSG diperkirakan bergerak bervariasi, berpeluang rebound terbatas. Sentimen individual emiten seperti pembagian dividen bisa memicu aksi beli selektif. IHSG diperkirakan bergerak dengan support di 4770 dan resisten di 4870.
(hen/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
