Target Produksi Minyak 1 Juta Barel/Hari Dianggap Tak Realistis

Jakarta -Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden (Capres dan Cawapres) nomor urut 1 Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menargetkan bisa meningkatkan angka produksi minyak di awal tahun 2015 menjadi 1 juta barel per hari. Saat ini, produksi minyak baru mencapai 800.000-an barel per hari.

Keinginan Prabowo-Hatta tersebut mendapat tanggapan dari Direktur Bahana Securities Budi Hikmat. Menurutnya, target angka tersebut tidak realistis. Selain memang saat ini tidak ada sumur baru sebagai sumber produksi minyak, Indonesia juga tidak tersedia kilang minyak yang mumpuni.


“Sepertinya nggak realistis deh meningkatkan angka produksi minyak 1 juta barel per hari, ini hanya memenuhi demand yang gila-gilaan. Ditambah tidak ada sumur baru. Itu selama belum ada investment agak sulit. Kita nggak bisa ngomong target karena kita nggak bisa mengendalikan demand, kita sekarang bukan negara OPEC lagi sejak 2004,” ujar Budi saat dihubungi detikFinance, Minggu (6/7/2014).


Budi menjelaskan, untuk mengatasi masalah tingginya konsumsi minyak di Indonesia sementara tidak dibarengi dengan produksi yang mencukupi, perlu dilakukan diversifikasi energi di luar BBM, secara serius baik untuk konsumsi rumah tangga maupun kendaraan.


“Demand fuel dari kendaraan tinggi. Kita lambat melakukan diversifikasi energi. Kita itu surplus di gas tapi defisit di minyak, makanya yang perlu difokuskan itu konversi minyak ke gas bukan target menaikkan minyak. Ini masing-masing kandidat juga mengatakan kebijakan yang sama tinggal bagaimana men-delivered (menyampaikan) secara baik dan benar. Saya kira Jokowi lebih sistematis dalam penyampaian soal ini,” terangnya.


Konsumsi BBM yang tinggi, tidak dibarengi angka produksi mau tidak mau harus melakukan impor ke negara lain. Hal ini yang menyebabkan angka defisit neraca perdagangan terus meningkat. Ditambah, pertumbuhan kendaraan yang begitu cepat.


“Pertumbuhan kendaraan kita terlalu cepat itu berdampak pada defisit neraca perdagangan. Perlu digarisbawahi bahwa ada 4 hal yang punya angka defisit cukup besar yaitu kendaraan termasuk pesawat, BBM, Kimia, dan baja ringan. Defisit karena banyaknya impor,” ucap Budi.Next


(drk/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!