Soal Listrik, Jepang Masih Sulit Move On dari Nuklir

Tokyo -Sejak tragedi Fukushima 3 tahun silam, Jepang secara bertahap telah menonaktifkan seluruh reaktor nuklirnya. Namun diperkirakan Jepang tidak akan sanggup berlama-lama menggantungkan diri pada energi fosil, untuk menghasilkan listrik.

"Kami mengimpor hampir 99 persen bahan bakar fosil yang kita miliki," kata Prof Hisanori Nei, pakar kebijakan energi dari Graduate Institute of Policy Study (GRIPS), ditemui di Tokyo baru-baru ini.


Dikatakan oleh Prof Nei, cadangan energi yang dimiliki Jepang sebenarnya cukup besar. Namun karena kebutuhan energi di negara ini juga sangat tinggi, maka diperkirakan Jepang akan semakin lama tergantung pada impor bahan bakar fosil, jika tidak segera mengaktifkan nuklirnya.


"Ketika kita menutup 1 pembangkit listrik tenaga nuklir, kita perlu mengaktifkan 10-15 pembangkit berbahan bakar fosil untuk memenuhi kebutuhan listrik," jelas Prof Neil yang juga bekerja untuk Kementerian Industri dan Perdagangan Internasional Jepang.


Sementara itu, badan regulasi nuklir Jepang baru-baru ini menyetujui rencana mengaktifkan kembali salah satu reaktor nuklir di Sendai. Reaktor milik Kyushu Electric Power Co tersebut dinilai telah memenuhi syarat keamanan untuk kembali beroperasi.


Untuk benar-benar bisa beroperasi, reaktor ini masih harus lolos inspeksi keamanan di lapangan dan mendapat persetujuan pemerintah setempat. Jika bisa memenuhi semua persyaratan tersebut, diperkirakan awal 2015 sudah bisa beroperasi.


Pada 15 September 2014 mendatang, Jepang akan genap 1 tahun memenuhi kebutuhan listriknya tanpa nuklir. Sebanyak 48 reaktor nuklir telah dinonaktifkan secara bertahap, sejak terjadinya meltdown di reaktor Daiichi Fukushima akibat gempa dan tsunami, Maret 2011.


(up/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!