Sejumlah pedagang eceran mengaku, kenaikan harga tersebut terlalu tinggi. Sehingga dampaknya ada potensi konsumen beralih ke elpiji 3 Kg, dan elpiji 12 Kg tak banyak dilirik.
Pedagang elpiji di Jalan Suryopranoto Pakualaman, Yogyakarta, Mujilah (51) mengaku belum mengetahui harga elpiji 12 Kg sudah naik. Ia mengatakan di tokonya, elpiji 12 Kg jarang laku sehingga tak menjual banyak. Bahkan pasca kenaikan harga, elpiji 12 Kg makin sepi pembeli, sedangkan elpiji 3 Kg justru sebaliknya.
"Saya belum diberi tahu sama agen kalau harganya naik. Tapi memang 12 Kg sepi pembeli. Kalau 3 Kg laris cepat habis," kata Mujilah ditemui di warungnya di Jl Suryopranoto Pakualaman, Yogyakarta, Kamis (11/9/2014).
Sementara itu, pemilik pangkalan elpiji 3 Kg di Jl Tamansiswa Yogyakarta, Sumarno (60) mengatakan, permintaan elpiji 3 Kg sejauh ini masih normal, alias belum ada peningkatan. Harga jual juga masih standar Rp 15.000 per tabung. Ia memperkirakan, dampak kenaikan harga elpiji 12 Kg baru akan dirasakan sekitar seminggu ke depan.
"Biasanya kalau ada kenaikan, banyak yang beralih ke 3 Kg. Nanti setelah seminggu sudah kerasa. Biasanya sampai antre-antre untuk dapat 3 Kg," kata Sumarno.
Ia memastikan pasca elpiji 12 Kg naik, belum ada pengaruhnya ke permintaan elpiji 3 Kg, karena warga masih punya stok yang lama. Setiap hari ia mampua menjual 80-100 tabung elpiji 3 Kg.
Sementara itu, untuk pedagang makanan yang menggunakan elpiji 12 Kg, mengaku kenaikan harga berpengaruh pada harga jual makanan. Suparjo (25), pedagang makanan lesehan di kawasan Malioboro ini mengaku, kenaikan hargannya cukup tinggi.
Ia bahkan berpikir untuk menggunakan tabung 3 Kg karena harganya jauh lebih murah. Selain itu dipastikan ia akan menaikkan harga makanan.
(hen/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
