Dolar Sentuh Rp 12.000, BI: Investor Tunggu Kabinet Baru

Jakarta -Bank Indonesia (BI) melihat adanya pengaruh antara aktifitas politik dengan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Demikian disampaikan Direktur eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara dalam paparan media di Gedung BI, Jakarta, Selasa (7/10/2014).


"Dari domestik, pelemahan rupiah dipengaruhi oleh perilaku investor yang menunggu pembentukan kabinet dan kebijakan pada pemerintah yang baru," ujar dia.


Faktor lainnya adalah penantian kalangan investor terhadap rencana pemerintah baru untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. "Selain itu, rupiah juga dipengaruhi sentimen dari rencana penyesuaiann BBM subsidi," sambung dia.


Selain dipengaruhi faktor dari dalam, pelemahan rupiah lanjut dia juga dipengaruhi oleh kodisi perekonomian dunia. "Faktor eksternal seperti terkait normalisasi oleh The Fed (Federal Reserve, Bank Sentral AS), perlambatan ekonomi di Tiongkok. Itu semua telah kami bahas dalam rapat sejak pagi tadi," kata dia.


Meskit terjadi pelemahan, ia mengatakan, hal itu masih sejalan dengan target pengendalian yang dilakukan oleh BI.


"Secara fundamental rupiah dipengaruhi permintaan dan ketersediaannya (supply and demand). Kami berkeyakinan dapat menjaga rupiah pada sisi fundamentalnya," pungkas dia.


BI Mencatat, Rupiah mengalami pelemahan di September sekitar 1,75% secara month to month. Secara point to point rupiah terdepresiasi 4%. Ini sejalan dengan tekanan yang terjadi di hampir seluruh mata uang dunia. Pergerakan rupiah ini juga sejalan dengan pergerakan mata uang lain di kawasan yang juga tertekan akibat penguatan dolar AS.


(ang/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!