Arifin Panigoro: Harga BBM Subsidi Harus Naik, Jokowi-JK Bersiap Tidak Populer

Jakarta -Produksi minyak nasional terus turun, impor BBM tahun lalu mencapai US$ 42,154 miliar, sehingga subsidi BBM makin bengkak dan membebani negara. Ini gambaran Indonesia dilanda krisis energi.

"Maka daripada itu, pemerintah yang baru, Jokowi-Jusuf Kalla mesti berani menaikkan harga BBM subsidi, untuk mengurangi besarnya subsidi BBM," ujar pemilik Medco Group Arifin Panigoro, pada pidatonya di depan Wisudawan Universitas Paramadina, di Universitas Paramadina, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Sabtu (11/10/2014).


Arifin mengatakan, menaikkan subsidi BBM tidak bisa langsung dihapus seluruhnya, namun dilakukan secara bertahap, agar rakyat juga tidak terbebani.


"Kurangi anggaran subsidi BBM hingga 25% secara bertahap, tidak bisa langsung semua dihapus. aAgar rakyat tidak terbebani," katanya.


Tapi, Arifin mengingatkan, dengan keputusan yang berani tersebut, Jokowi-JK harus siap dengan risikonya, yakni tidak populer di mata rakyat.


"Memang keputusan tersebut ada risikonya, Jokowi-JK harus siap-siap untuk tidak populer di mata rakyat," ucapnya.


Arifin menambahkan, untuk menutupi protes rakyat terhadap kenaikkan harga BBM subsidi, pemerintah bisa mengalihkan penghematan subsidi BBM ke infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan ketahanan pangan.


"Subsidi BBM segera alihkan ke sektor yang lebih membutuhkan, seperti infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan pangan. Saya rasa rakyat justru akan terima kasih, karena mereka tidak susah biayai pendidikan anaknya, biaya kesehatan murah, harga pangan terjangkau," tutupnya.


(rrd/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!