"Tentu saja kalau biacara produksi ikan ada struktur biaya yang menentukan harga jual. Harapan kami yang penting ada kepastian harga. Kalau bergoyang, maka nelayan sulit menghitung. Kalau suplai ada tetapi harganya agak tinggi, mereka (nelayan) akan menyesuaikan," kata Sekjen Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Sjarief Widjaja saat berdiskusi dengan media di Hotel Mercure Ancol, Jakarta, Selasa (7/10/2014).
Rencana kenaikan harga BBM subsidi di November 2014, tidak akan mengganggu jumlah tangkapan ikan yang ditargetkan pemerintah. Potensi perikanan tangkap Indonesia tahun ini diproyeksikan mencapai 7,3 juta ton.
"Saya rasa kalau harga BBM naik, tidak ada penurunan target. Perikanan tangkap bergantung kepada cuaca bukan BBM," imbuhnya.
Hanya saja yang sedikit dikhawatirkan Sjarief adalah, penurunan nilai tukar nelayan (NTN). Nilai tukar nelayan bisa saja turun dengan kenaikan harga BBM subsidi. Saat ini rata-rata nilai tukar nelayan adalah 107, sedangkan nilai tukar nelayan tangkap 104.
Tahun ini, KKP telah memberikan rekomendasi pemberian jatah BBM subsidi tahun 2015 sebesar 2,7 juta kiloliter.
"Hitungannya belum bisa saya ungkapkan. Harga BBM naik semua harga kebutuhan juga akan naik. Kalau harga ikan naik nilai tukar nelayan relatif stabil, tetapi saya pikir harga ikan tetap stabil dan sulit naik itu yang akan berpengaruh kepada nilai tukar nelayan," jelasnya.
(wij/dnl)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!