"Pertamina selalu menghadapi banyak tekanan. Paling besar adalah motif politik," kata Sudirman dalam seminar ekonomi di Hotel Shangri-la, Jakarta, Rabu (11/2/2015). Namun dia tidak menyebutkan secara rinci bentuk-bentuk tekanan tersebut.
Namun, Sudirman mengakui upaya untuk membenahi Pertamina selalu dilakukan. Meski upaya tersebut tidak jarang kandas akibat perubahan jajaran pimpinan dalam waktu singkat.
"Pasca reformasi, seringkali terjadi pergantian CEO Pertamina. Itu tidak baik untuk perusahaan," tegasnya.
Sudirman mengibaratkan Pertamina sebagai kapal yang besar. Perlu strategi jangka panjang, untuk memulai perubahan dari masa lalu dan menyusun bisnis dalam jangka menengah-panjang.
"Pertamina itu kapal besar, perlu strategi. Di masa lalu pimpinan Pertamina bongkar-pasang terlalu sering sehingga teman-teman di bawah mengalami demoralisasi," terang Sudirman.
Sekarang, demikian Sudirman, Pertamina sudah dipimpin oleh orang baru yaitu Dwi Soetjipto. Pemerintah juga telah menunjuk orang-orang baru untuk mengisi jabatan direktur. Sudirman pun meminta waktu untuk membenahi Pertamina.
"Maka dari itu kami membutuhkan waktu," ujarnya.
(mkl/hds)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com