Jalan Negara di Kaltim Rusak Parah, Pengusaha Bus Gulung Tikar

Samarinda - Kondisi infrastruktur sejumlah ruas jalan negara yang dibiayai APBN di Kalimantan Timur, mengalami rusak parah. Akibatnya sejumlah pengusaha bus akhirnya gulung tikar.

Ruas jalan negara yang mengalami kerusakan parah adalah ruas jalan kota Samarinda menuju Kabupaten Kutai Barat serta ruas jalan kota Samarinda menuju Kabupaten Berau sejauh kurang lebih 500 kilometer, tepatnya dimulai dari Kabupaten Kutai Timur menuju Tanjung Redeb, Berau. Hingga saat ini, kedua ruas jalan krusial itu tidak pernah mendapat penanganan serius pemerintah pusat.


"Sudah lebih 1 tahun ini tidak ada perbaikan. Sekarang banyak bus baik ke Melak (Kutai Barat) atau ke Berau yang tidak beroperasi karena sekali jalan sudah pesok kanan, pesok kiri, besar biaya perbaikannya," kata Ketua Organda Kaltim Ambo Dalle, dalam perbincangan bersama detikFinance di Samarinda, Senin (1/4/2013).


Menurut dia, menggunakan angkutan bus dari Terminal Sungai Kunjang di Samarinda menuju Melak, Kutai Barat, saat ini harus ditempuh hingga 11 jam dari sebelumnya hanya 7 jam. Yang terparah, ruas jalan dari Samarinda tujuan Berau, tepatnya dari Kutai Timur menuju Berau, sekarang harus ditempuh hingga 2 hari 2 malam dari sebelumnya 11 hingga 12 jam


"Ke Berau sekarang sudah 90 persen armada sudah tidak ada yang berangkat. Kasihan yang dari Berau, tidak bisa ke Samarinda. Apalagi sekarang sudah tidak ada angkutan sungai dari Berau ke Samarinda ataupun sebaliknya," ujar Ambo.


"Belum lagi kalau cuaca hujan di perjalanan. Jadi, kondisi sekarang tidak seimbang dari pendapatan dengan pemasukan pengusaha. Bisnis Transportasi di Kaltim ini jangan berpikir untung kalau kondisi infrastruktur jalan seperti ini," tambahnya.


Bahkan, sambung Ambo, pengusaha angkutan bus jurusan Samarinda ke Berau berinisiatif menurunkan tarif Rp 125.000 per penumpang, apabila kondisi jalan layak dilalui.


"Kalau mulus, bagus jalannya, kita turunkan tarif. Bahkan ada pemikiran seperti itu. Tapi apa daya, paling kita cuma teriak-teriak saja soal jalan rusak ini, padahal kita di Kaltim," sebut Ambo.


Masih menurut Ambo, selain kerusakan infrastruktur jalan yang membuat pengusaha bus gulung tikar, juga kesulitan BBM jenis solar. Tidak jarang, sopir bus harus membawa solar dalam jeriken yang dibeli di eceran sebagai antisipasi kesulitan mendapatkan solar di tengah jalan.


"Ini baru soal jalan rusak, belum lagi soal BBM. Kalau dari Samarinda, bus mungkin aman-aman saja dapat solar. Tapi kalau dari Melak ke Samarinda dan Berau ke Samarinda, ketersediaan solarnya bagaimana?" sebut Ambo.


"Kami sudah ingatkan, jangan sampai terjadi seperti di Kutai Barat persoalan BBM tempo hari, kembali terulang. Kita sudah ingatkan ke pemerintah," tutupnya.


(dnl/dnl)