Myanmar Membuka Diri, Yangon Kini Dibanjiri Mobil Mewah

Yangon - Pasca terpilihnya Thein Sein menjadi Presiden baru Myanmar di 2011 silam, terjadi perubahan pada kebijakan ekonomi negara ini. Myanmar di bawah Thein Sein, mulai membuka diri terhadap dunia luar secara ekonomi.

Thein mengeluarkan kebijakan untuk membuka secara besar-besaran impor mobil baru dan bekas dari Jepang, China, India, Eropa, dan Amerika Serikat.


Ketika rombongan delegasi Indonesia yang dipimpin Menko Perekonomian Hatta Rajasa datang ke Yangon untuk melakukan kerja sama ekonomi pada 1-4 April 2013, selama di perjalanan, rombongan kerap kali terjebak macet. Bahkan sering lalu-lalang berbagai mobil mewah sekelas Mercedez Benz, berbagai mobil keluaran General Motor (GM), BMW, Lexus, Rolls-Royce, Mazda, Toyota Alphard, serta berbagai merek kendaraan lainnya.


"Ini terjadi sejak 1 tahun lalu ketika keran impor kendaraan roda 4 dibuka," tutur Staf Ekonomi KBRI Yangon Andi Setiawan kepada detikFinance di Yangon Myanmar, Kamis (4/4/2013).


Hal ini juga diakui oleh seorang warga Myanmar bernama Twe Tar Myint. Ia menyebut, kondisi kemacetan Yangon dalam 1 tahun terakhir sudah cukup parah. Apalagi dengan banyak kendaraan termasuk mobil mewah impor yang datang ke Myanmar.


"Di sini sudah banyak ada berbagai merek mobil mewah," tambahnya.


Dari pengamatan detikFinance, tidak satupun ditemui sepeda motor di pusat bisnis negara yang memiliki selisih waktu lebih lambat 30 menit dari Jakarta ini. Myint menjelaskan, hal ini terjadi karena adanya larangan penggunaan roda dua di jalan-jalan kota Yangon.


Untuk transportasi harian bagi masyarakat yang tidak memiliki kendaraan, mereka bisa menggunakan taksi, bus, angkot atau berjalan kaki. "Di sini motor sudah dilarang sejak satu tahun lalu," tambah Andi.


Apa yang terjadi di Myanmar, membuat beberapa delegasi Indonesia terheran. Salah satunya, Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso. Ia menilai, pertumbuhan lalu lintas dan volume kendaraan di Yangon sudah sangat pesat.


"Pada 2001 saya ke sini masih sepi, jalan di Yangon masih banyak yang jalan kaki pakai sarung dan sepeda. Mobil jarang. Tapi 2011 sampai ke sini sudah padat, 1 tahun perkembangannya pesat," tambahnya.


(feb/dnl)