Perusahaan Pembiayaan Tak Mau Ketinggalan

Jakarta - Sebagaimana perbankan, perusahaan pembiayaan juga mengenakan bunga kepada konsumen. Oleh karena itu, kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga acuan pada pekan lalu diperkirakan juga akan membuat bunga pembiayaan naik.

“Kenaikan BI Rate pasti berpengaruh kepada industri ini. Bank sudah mulai menaikkan bunga, sehingga kami juga akan menaikkan,” kata Wiwie Kurnia, Pengawas Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Seluruh Indonesia (APPSI), pada Senin lalu.


Wiwie memperkirakan akan terjadi kenaikan suku bunga sebesar 1-2 persen di tingkat perusahaan pembiayaan. Tapi dia yakin, konsumen tidak akan terlalu terbebani. “Itu tidak terlalu banyak,” ujarnya.


Di tingkat perusahaan pembiayaan, lanjut Wiwie, kenaikan suku bunga masih menunggu waktu yang tepat. Namun, kenaikan tersebut diperkirakan terjadi tidak lama lagi. “Mungkin bulan ini sudah mulai naik,” ungkapnya.


Meski demikian, Wiwie menilai industri pembiayaan mengalami sedikit perlambatan pada tahun ini akibat kondisi perekonomian. Daya beli konsumen sedikit banyak terpengaruh akibat tingkat inflasi cukup tinggi, sehingga minat untuk membeli produk tersier yang ditawarkan perusahaan pembiayaan agak berkurang.


“Awal tahun ini saya perkirakan pertumbuhan industri pembiayaan sekitar 10 persen. Namun dengan kondisi ekonomi seperti sekarang, sepertinya sulit tercapai. Kami belum bisa memperkirakan angkanya sekarang, yang jelas kurang dari 10 persen,” papar Wiwie.


Meski perusahaan pembiayaan berencana menaikkan suku bunga, tetapi penjualan produk elektronika diperkirakan tidak terlalu terpengaruh. Menurut Rudyanto, Ketua Electronic Marketers Club, ini karena kebanyakan konsumen produk elektronika membeli secara tunai.


“Memang ada yang sebagian membeli dengan kredit, dan itu bisa saja terpengaruh. Tetapi di elektronik, kredit sepertinya tidak dominan. Jadi pengaruh BI Rate terhadap penjualan elektronik tidak akan terlalu banyak,” kata Rudyanto.


Faktor yang lebih mempengaruhi pasar produk elektronika, lanjut Rudyanto, adalah nilai tukar. Saat ini harga sejumlah produk elektronika sudah mengalami kenaikan akibat depresiasi rupiah. “Sekarang harga dari pabrikan sudah naik, sehingga harga jual ikut naik. Ini yang lebih mempengaruhi demand elektronik,” tutur Rudyanto.


(DES/DES)