RI-Australia Memanas, Gita Wirjawan Komentar Soal Nasib Impor Sapi

Jakarta -Saat ini hubungan diplomatik antara Indonesia dan Australia sedang memanas, terkait penyadapan sejumlah pejabat di Indonesia termasuk Presiden SBY oleh pihak Australia. Lalu bagaimana nasib kerjasama perdagangan, khususnya untuk sapi?

"Kita lagi proses mengkaji, terkait aksi penyadapan ini adalah aksi yang sangat tidak diperkenankan. Ini sulit kalau kedua negara tetangga itu tidak bisa percaya, sulit untuk memikirkan apapun untuk kerjasama ekonomi. Jadi harus cerah melihat ini," ungkap Gita saat ditemui di acara Crafina 2013 di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu (20/11/2013).


Andaikan hubungan diplomatik kedua negara ditutup sementara, maka kegiatan perdagangan termasuk pemasukan produk sapi dari Australia ke Indonesia otomatis akan ditutup. Menurut Gita, jalan satu-satunya yang dapat dilakukan adalah dengan mendatangkan sapi dari negara lain.


Namun, saat ini Indonesia memberlakukan sistem country base untuk mengimpor sapi. Jadi sapi hanya bisa diimpor dari dua negara, yakni Australia dan Selandia Baru. Semenata pasokan sapi Selandia Baru tidak sebanyak Australia.


Sebenarnya ada alternatif untuk mengimpor sapi dari Brasil atau India, namun Indonesia belum membuka, karena dua negara ini dianggap belum bebas penyakit mulut dan kuku (PMK). Bisa saja dibuka impor dari Brasil atau India, namun sistem country base harus diganti menjadi zone base.


"Saya sangat mendukung (zona base) untuk mengubah undang-undang peternakan yang ada sekarang, agar kita tidak terbatasi dalam arti kita bisa mendatangkan produk apapun dan dari manapun selama itu sehat. Selama ini kita terbatas dari tempat tertentu saja. Ini untuk kerangkanya lebih jelas. Apakah itu sapi dan produk peternakan lainnya jauh lebih murah di tempat lain. Asal bisa membuktikan kalau itu sehat," katanya.


Namun, pemerintah Indonesia masih melakukan dialog untuk meminimalisir penutupan hubungan kedua negara. Gita menegaskan, bila kesepakatan kedua negara berakhir buntu, maka mau tidak mau pemenuhan pasokan sapi harus dipenuhi dari negara lain.


"Ini juga harus diseimbangkan untuk stabilitas harga. Jangan sampai nanti reaksi kita tidak bisa menjaga stabilitas harga ini penting sekali untuk mendatangkan darimanapun selama itu sehat," katanya.


(wij/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!