Rupiah Jeblok Bikin Utang Bakrie Makin Menumpuk

Jakarta -PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) punya utang Rp 6,7 triliun hingga triwulan III-2013. Utang ini naik dari sebelumnya yang hanya Rp 5,7 triliun.

Peningkatan utang itu disebabkan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa waktu terakhir.


"Utang jangka panjang dan pendek naik dari Rp 5,7 triliun ke Rp 6,7 triliun. Karena depresiasi rupiah," ujar Presiden Direktur BNBR Bobby Gafur dalam paparan publik tahun 2014, di Bakrie Tower, Epicentrum, Kuningan, Jakarta, Jumat (22/11/2013).


Ia mengatakan, pergeseran nilai mata uang yang cukup mendalam ini berpengaruh buruk pada utang perseroan. Apalagi mayoritas utang perseroan dalam posisi dolar AS.


Awal tahun 2013, dolar AS berada di kisaran antara Rp 9.500 per dolar AS dan saat ini melambung tinggi hingga berputar di kisaran Rp 11.600 per dolar AS.


"Kenaikan utang terjadi akibat pelemahah rupiah dari dolar. Kurs dolar awalnya Rp 9.500-an, sekarang Rp 11.600-an. Maka dari itu rasio utang tercatat kenaikan. Karena banyak simpanan dalam bentuk dolar," jelasnya.


Selain utang, Bobby mengatakan pelemahan rupiah juga berdampak buruk pada penurunan pendapatan dan kerugian. Ini terjadi hampir di seluruh perusahaan. Ia menilai itu tidak bisa dihindarkan oleh perusahaan manapun.


"Ini tidak bisa dihindarkan. Ini berdampak kepada seluruh perusahaan yang memiliki utang dalam bentuk dolar," terangnya.


(mkl/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!