2 Pabrik Gula BUMN Akan Ditutup Gara-gara Serbuan Gula Impor

Jakarta -Pabrik gula milik perusahaan pelat merah sangat terpukul sejak 2 tahun terakhir. Harga gula kristal berbasiskan tebu produksi lokal jatuh akibat serbuan gula rafinasi atau gula kristal putih impor. Padahal gula rafinasi dilarang dijual ke pasar konsumen karena hanya boleh dikonsumsi untuk industri makanan dan minuman.

Karena tidak ada kepastian maka PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) berencana menutup 2 dari 10 pabrik gula miliknya. Sebab BUMN gula ini menanggung tingginya beban operasional namun tidak sebanding dengan harga gula yang rendah.


“Saya di 2015 akan tutup 2 pabrik gula. Mungkin Karang Suwung dan Sindang Laut. 2 Pabrik pertimbangkan untuk ditutup. Itu sudah nggak produktif karena nggak bisa bersaing,” kata Direktur Utama RNI Ismed Hasan Putro kepada detikFinance di Kantor Pusat RNI, Jakarta, akhir pekan lalu.


RNI juga berencana mengalihkan fungsi lahan tebunya untuk dikembangkan menjadi kawasan industri. Langkah ini perlu dilakukan karena RNI sebagai BUMN harus tetap memenuhi setoran dividen ke kas negara.


“Karena gula sudah nggak jadi industri yang menarik bagi RNI. Kita akan alihkan lahan tebu saya 2.500 hektar di daerah Subang untuk jadi kawasan industri,” jelasnya.


Jika kondisi dibiarkan berlarut-larut tanpa campur tangan pemerintah, maka RNI pada tahun 2016 berencana kembali menutup 1 pabrik gula milik perseroan.


“Nanti di 2016 di Cirebon, 1 pabrik gula juga akan ditutup kalau regulasi pemerintah nggak berpihak ke industri gula nasional. RNI akan kurangi 3 pabrik gula di Jabar,” ujarnya.Next


(feb/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!