Ia mengungkapkan selama 2 tahun terjun ke bisnis peternakan sapi sekala besar dan modern di Indonesia, perseroan mengalami kendala untuk memperoleh sapi anakan (pedet) dan sapi bakalan (untuk digemukkan).
"Dari 2012 sampai sekarang sulit cari sumber sapi. Sapi yang siap potong sulit ditemui karena stok terbatas padahal sampai saat ini impor kita belum dapat," kata Ismed kepada detikFinance di Kantor Pusat RNI, akhir pekan lalu.
RNI yang memiliki pusat penggemukan sapi di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Jawa Barat sebetulnya ingin memperoleh pasokan sapi bibit dan sapi bakalan impor. Namun izin tak kunjung turun meski telah mengajukan izin sejak lama.
"Karena banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Pokoknya pendatang baru nggak bisa (dapat izin impor)," katanya.
Jika mengembangkan bibit sapi di Tanah Air, Ismed menuturkan antara biaya produksi hingga hasil yang dihasilkan tidak sebanding.
“Kita pedet susah, kalau dikembangkan di RI mahal dan nggak masuk secara bisnis. Yang paling untungkan adalah impor pedet dari negara lain yang tingkat efisiensi tinggi,” ujarnya.Next
(feb/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
